Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kidung Nestapa

27 September 2021   03:23 Diperbarui: 27 September 2021   03:26 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sinar bulan menerangi malam.

Aku tafakur hilang kesadaran.

Antara langit dan bumi ragaku terikat Tuhan.

Aku tak mempunyai kekuatan.

Manusia sibuk mengejar nafsu.

Berlarilah ia sampai lupa jantungnya lemah berdegup.

Hatinya cemas, selalu cemas dan penuh ragu-ragu.

Sementara tak ada tenggang waktu, maut selalu tepat waktu.

Nabi-nabi datang dan pergi, menuntun manusia meraih cahayaNya.

Kehidupan laksana api sebentar menyala kemudian mati.

Yang tersisa hanyalah debu-debu, hilang di tiup angin berlalu.

Jaman hampir sampai di titik penghabisan.

Kerajaan-kerajaan manusia akan hancur.

Gemerlap kekuatan dunia luluh lantah tak berbentuk.

Kesombongan berakhir tragis, kemunafikan tak berbaju.

Kita telanjang memikul dosa-dosa datang kepadaNya hingga air mata tak berhenti jatuh.

Handy Pranowo
27092021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun