Orang-orang yang habis mencukur rambutnya di tempat ayahku, mereka menjadi tampil percaya diri bahkan yang tadinya tidak ganteng berubah menjadi ganteng selangit.Â
Contoh saja tetangga kami yang bernama Marbun yang sering di katakan jomblo akut namun sejak ia merelakan rambutnya di cukur oleh ayahku tak lama kemudian Marni pembantu sebelah rumah langsung kepincut dan kagum akan potongan rambutnya Marbun.
" Ya ampyun mas Marbun kok jadi ganteng gitu sih, cukur di mana itu rambut, lucu dan imut deh."
Kontan saja Marbun merah wajahnya di katakan seperti itu oleh wanita yang di incarnya maka semakin menggebu-gebu hatinya hendak mengucapkan cinta.Â
Lain halnya Mat Soleh tak mau kalah saing dengan Marbun ia pun mencukur rambutnya di tempat cukur rambut ayahku, ia berkeinginan untuk memenangkan pemilihan RT di rumahnya, ia ingin tampil ganteng dan macho agar ibu-ibu mau memilihnya menjadi ketua RT.
Pelanggan ayahku begitu banyak dari anak kecil hingga orang dewasa, pun beragam profesi dari tukang sayur hingga sopir pribadi dari karyawan swasta hingga pegawai negeri bahkan ada salah satu anggota dewan rakyat yang sering mempercayai mahkota kepalanya di cukur oleh ayahku.
Ayahku sangat mencintai pekerjaannya dan ia bangga dengan profesinya meskipun umurnya sudah tua namun ia tetap semangat bekerja.Â
Katanya hanya sebagai tukang cukurlah yang bisa ayah lakukan untuk mencari nafkah dan untuk itu ia sangat menghargai keahliannya serta juga mau memperdalam ilmu dan juga berbagi keahlian mencukur kepada dua karyawannya.
Suatu malam saat ayahku sendirian dan hendak menutup tempat kerjanya seorang lelaki muda datang dengan wajahnya yang kusut, kemejanya lusuh dan anak muda itu membawa sebuah map berwarna coklat.Â
Kebetulan dua karyawan ayahku sudah lebih dulu pulang karena ada urusan kuliah malam, jadi kini giliran ayah yang menutup sendiri tempat cukurnya.
" Saya mau cukur rambut pak, apakah masih bisa."