" Lalu untuk apa bagian-bagian tubuh itu, mau kalian apakan". tanyaku kepada mereka terheran-heran.
Maka satu persatu dari mereka pun menjawab.
" Akan ku cincang-cincang ke dua tangan ini di depan istriku, bahwa inilah tangan yang telah menuliskan puisi-puisi cinta untuknya hingga ia lupa diri dan selingkuh dari ku " kata Tarsono kesal.
" Akan aku injak-injak ke dua bola matanya di depan muka anakku, bahwa inilah bola mata si penulis puisi cinta bajingan itu hingga hati anakku hancur di buatnya" sahut Warsito jengkel.
Aku pun bergidik ketakutan melihat para tetanggaku seketika menjadi barbar tak terkendali seperti itu, apakah memang betul apa yang mereka katakan tadi, gara-gara puisi cinta semuanya jadi berantakan.Â
Tetapi apakah mesti si penulisnya di bunuh hingga di mutilasi seperti itu dan di buang ke dalam tong sampah juga.
" Sudah, sudah, stop, stop, semua pergi dari tong sampah rumahku, pergi kalian semua dan kamu Jumiran, kamu kan jomblo, tak punya istri tak punya anak kenapa kamu ikut-ikutan ada di sini" sahutku membentak.
" Nak Bedes kan tahu, aku ini kan penjual bakso cinta, langgananku semua wanita bahkan ibu-ibu muda yang kinyis-kinyis sering mampir ke warungku"Â
" Jadi maksud pak Jumiran potongan tubuh itu..." tiba-tiba aku terbangun dari tempat tidurku, tubuhku berkeringat, nafasku ngos-ngosan. Lalu ku beranjak dari tempat tidur dan membuka rak meja kamarku, alhamdulillah puisi-puisi cintaku masih aman tersimpan.
Handy Pranowo
25082021