Kemarin pagi secara tidak sengaja aku menemukan puluhan lembar puisi-puisi cinta berserakan di dalam tong sampah depan rumah.
Puisi-puisi cinta tersebut bermacam-macam warna, ada biru, coklat, merah muda, ungu namun ada pula yang sudah menguning membusuk mengeluarkan bau yang tak sedap.
Pikir-pikir daripada di ambil anjing kampung atau kucing liar mending aku punguti saja satu persatu puisi-puisi tersebut.
Ku pilah-pilah, ku masukkan ke dalam keranjang bambu yang aku ambil dari dalam kamar.
Entah siapa orangnya yang begitu tega membuang puisi-puisi tersebut, tak punya otak, tak punya perasaan.Â
Dasar dungu.
Barangkali dengan membaca puisi-puisi cinta, aku dapat pengetahuan tentang kata-kata maut yang dapat menaklukan hati wanita.
Seingatku beberapa hari yang lalu ada anjing dan kucing yang dulu jomblo kini mereka sudah mempunyai pasangan bahkan beberapa kali terlihat kawin di pinggir jalan dan di belakang taman.
Aku juga ingin punya pacar, yang imut-imut gemes atau yang sekal kenyes-kenyes.
Aku juga ingin kawin seperti anjing kampung atau kucing liar, tentunya tidak jalan tidak di taman apalagi di loteng rumah orang.
Namun, aku tidak ingin punya pacar seperti tikus apalagi lalat hijau yang pikirannya selalu kotor, geli dan menjijikan.Â