Detak jarum jam berlagak dungu menyapa waktu.
Gerombolan anjing menggonggong di pintu kabut.
Angin bersiul memanggil daun-daun hingga jatuh.
Keheningan rubuh ke tanah, melepas akar-akarnya menjadi keheningan baru yang sulit di terka.Â
Belum lagi tersentuh, khusyuk, teduh, meski penuh luka-luka di ujung kisahnya, tetap membisu lara.
Lalu hujan datang menziarahi malam membawa doa-doa yang tersimpan di mulutnya.
Belatung-belatung menjadi kupu-kupu, burung-burung menjadi malaikat dan segenap hantu berubah menjadi aku.
Dan aku menyanyikan tembang syahdu untuk langit yang penuh cemburu.
Aku tahu Tuhan tak pernah tidur namun siapa sangka aku juga begitu, hingga mimpi-mimpiku melantur jauh.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!