Aku adalah minuman atau makanan kaleng yang di susun berdesakan di dalam satu keranjang.
Bisa jadi botol sirup, kopi bubuk, kue kering, hingga buah-buahan matang.Â
Tubuhku di hiasi pita warni-warni dengan lapisan plastik transparan.
Diriku begitu menggoda, manis dan tampan.
Aku menyenangi hari-hari besar keagamaan atau pun perayaan liburan tahunan.
Pada hari itu orang-orang senang mencari bingkisan bagi keluarga dan handai taulan.
Aku tak pernah berpikir macam-macam dengan atau bagaimana mereka membawaku ke sebuah alamat tujuan.
Aku hanya berharap bisa segera sampai lalu di buka dan di nikmati bersama-sama di ruang tamu atapun di atas meja makan.
Sambil menikmati moment indah yang belum tentu tahun depan kalian bisa rasakan
bersama diriku yang rela menahan nafas di dalam plastik transparan demi kegembiraan kalian.
Aku bukan puisi atau pun lukisan yang hanya bisa kalian pajang sampai tubuhku berdebu dan lumutan.
Aku hanyalah amanat dari seseorang yang begitu mencintai dan merindukan kalian agar kalian juga mengingatnya lalu mengirimkan doa atau pun salam.
Toh kebaikan bisa dengan apa saja di lakukan, aku cuma simbol tiada lebih sebab aku bisa di tawar bila kalian tak cukup uang.
Namun kebaikan dan rasa perduli terhadap keluarga dan handai taulan, apakah ada harga yang bisa di sebutkan?
Lalu selepas perayaan selesai aku hanyalah sampah-sampah di dalam rumah dan tak lama pun kalian buang.
Handy Pranowo
08052021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H