Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Wahai Perempuan Jangan Abaikan Kesehatan Payudaramu

16 April 2021   23:47 Diperbarui: 16 April 2021   23:50 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. pixabay.com

Seminggu sebelum bulan puasa tahun ini saya baru saja kehilangan seorang "kakak" perempuan boleh di katakan seperti itu sebab umurnya lebih tua dari saya dan juga beliau senior saya di pengurusan "Forum Anak Muda" di lingkungan tempat saya tinggal. 

Penyebabnya meninggal yaitu karena kanker payudara yang di deritanya kurang lebih tiga tahun belakangan ini. Beliau sosok perempuan yang baik, murah senyum, beliau juga seorang guru Taman Kanak-Kanak dan tak di sangka kanker payudara yang di deritanya telah merambat ke bagian tubuh lainnya. 

Ia sudah tidak kuat untuk kemoterapi karena alasan biaya dan hal yang lainnya hingga akhirnya terbaring begitu saja dengan tabung oksigen di rumahnya. Dan Tuhan menjemputnya.

Ini bukan yang pertama, saya sudah kehilangan dua orang perempuan yang saya kenal lantaran menderita kanker payudara, sebelumnya empat tahun yang lalu teman saya di sekolah dasar.

Saat itu saya bersama teman-teman yang lainnya berkesempatan menjenguknya di rumah, kondisinya sudah parah, saya tidak begitu paham soal stadium-stadium, namun yang saya lihat ia hanya bisa terbaring saja di kamarnya. 

Lagi-lagi masalah biaya untuk kemoterapi dan hal yang lainnya, yang membuatnya urung melanjutkan pengobatan. Dan saat jenguk itu, seumur hidup baru kali pertama melihat langsung bagaimana dahsyatnya kanker menggerogoti tubuhnya.

Ia katakan sudah tidak sanggup lagi menahan sakitnya di kemo dan juga repot kalo mesti bolak-balik ke rumah sakit, tiga anak-anaknya tak ada yang memperhatikan sedang suaminya harus bekerja. 

Saat itu kami mencoba menggalang dana semampunya, apapun yang kami bisa berikan kami antar ke rumahnya. Akhirnya ia bisa kemo lagi setelah beberapa bulan tidak di kemo. 

Kebetulan saya mempunyai teman SMP yang juga menderita kanker payudara dan ia mau membantu bersama komunitas "Love Pink" kalau tidak salah, pada saat itu.

Di grup WA SD kita pantau terus masalah kesehatan teman saya itu, tanya-tanya juga apa lagi yang di butuhkan dan di perlukan, setidaknya kami ikut meringankan apa yang di deritanya. Tetapi takdir mengatakan lain, beberapa bulan setelah kemo yang ke dua ia harus pergi meninggalkan kami semua.

Tidak lama dari itu, setahun kemudian di susul si "Mbak" seorang perempuan yang bertugas bersih-bersih di tempat kontrakkan yang saya tempati.

Si Mbak ini baik, rajin dan periang, saya juga kenal dengan suaminya, mereka mempunyai tiga orang anak, dua lelaki dan satu perempuan, kebetulan suaminya buka warung kopi tak jauh dari kontrakkan. 

Saya sering mampir di sana setiap malam, sekedar ngopi dan ngobrol-ngobrol dengan warga setempat sebab saya pendatang di tempat itu.

Hingga suatu hari suaminya curhat kepada saya kalau istrinya terkena kanker payudara, saya sempat kaget sebab si Mbak nya tidak pernah bilang atau terlihat sakit. Ia tetap datang tiga kali dalam seminggu ke kontrakkan lalu bersih-bersih halaman dan lorong-lorong kontrakkan. 

Saya bertanya kepada suaminya apakah sudah di bawa ke dokter atau rumah sakit, ia katakan sudah di bawa ke rumah sakit dan sekarang lagi urus BPJS nya sebab biaya obat dan perawatan lumayan mahal apalagi untuk biaya kemo.

Saya sering melihat si Mbak bersih-bersih kontrakkan namun kali ini dengan pemandangan yang lain, ia terlihat tidak sanggup lagi mengangkat ember air pel. Pagi itu saya datang menghampirinya.

"Sini mbak saya angkat embernya, mbak kan sakit kenapa mesti kerja, memangnya bu haji nyuruh mbak kerja"

"Nggak apa-apa mas, lagian di rumah saya malah bingung, mau ngapain" sahutnya lirih.

"Ya istirahat mbak"

Berat badanya terlihat turun drastis, sambil ia tunjuk salah satu payudaranya, ia bilang. 

"Yang ini sudah di angkat kemarin, sakit banget", air matanya menetes saat itu dan saya tidak tahu harus bagaimana, saya hanya bisa bilang kepadanya untuk selalu sabar, Tuhan sedang menguji mbak dan mbak semoga cepat sembuh.

Hingga terakhir kalinya bertemu Si Mbak, ia sempat mengucapkan terimakasih kepada saya, setelah itu saya tak pernah melihatnya lagi sampai seminggu kemudian. Ketika hendak berangkat kerja terlihat bendera kuning di muka jalan kontrakkan, lalu saya bertanya kepada salah satu warga yang saya kenal di situ dan ternyata, si Mbak yang "pergi".

Kini tinggal satu orang kawan saya yang menderita kanker payudara, teman SMP, saya menyebutnya si jepang. Beberapa kali saya rajin ke rumahnya sambil membawa daun sirsak pesanannya. 

Katanya daun itu di rebus lalu di minumnya untuk terapi pengobatan bagi penyakit yang di deritanya. Kepalanya sudah beberapa kali plontos terus tumbuh rambut lagi. Ia masih rutin jalani kemoterapi namun sejak pandemi ini, ia agak takut untuk datang ke rumah sakit. Dan baru saja kemarin katanya ada gangguan di livernya, semoga ia baik-baik saja.

Tetap semangat ya "Jepun".

Saya berharap perempuan Indonesia tahu apa yang mesti di lakukan untuk kesehatan tubuhnya dan jangan sampai abai. Juga pemerintah atau pihak rumah sakit dapat terus membantu pasien-pasien kanker payudara yang memang minim dari biaya, setidaknya mereka dapat kemudahan untuk bisa kontrol atau check up serta di murahkan biaya obatnya.

Handy Pranowo
16042021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun