Ramadhan berasal dari akar kata bahasa Arab 'ramidha atau arramadh' yang berarti panas terik matahari yang sangat kuat. Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah.
Para ahli bahasa berpendapat bahwa nama Ramadhan sudah ada sebelum Islam muncul. Di karenakan keduabelas bulan yang di gunakan umat Islam dalam kalender Qamariyah itu keseluruhannya merupakan warisan peradaban Arab kuno yang di pengaruhi oleh peradaban Babylonia.Â
Ribuan tahun yang lalu bangsa Babylonia sudah berhasil menciptakan pola penanggalan yang berdasar pada dua siklus peredaran benda langit yaitu bulan (Qamariyah) dan matahari (Syamsiah).
Saat bangsa Babylonia berhasil menguasai jazirah Arab pola penanggalan mereka telah di adopsi oleh bangsa-bangsa yang ada di jazirah Arab bahkan sampai Islam lahir di sana.
Bulan kesembilan dalam pola penanggalan itu selalu jatuh pada musim panas yang sangat terik dari pagi hingga petang. Bahkan batu-batu dan gurun-gurun pasir pun ikut terpanggang selain itu waktu siangnya lebih panjang dari malam. Dan hari-hari itulah di sebut bulan Ramadhan.
Sementara pendapat lain mengatakan nama-nama bulan Qamariyah yang sekarang berlaku di percayai telah mengakar sejak abad ke 5 masehi. Orang pertama yang menetapkan nama-nama tersebut adalah Ka'ab bin Murrah, kakek buyut ke lima dari Nabi Muhammad s.a.w.
Ada lima bulan yang namanya di ambil dari kondisi musim (Rabbiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir dan Ramadhan). Rabiul Awal dan Akhir di ambil dari kata 'rabi' bersemi sedangkan Jumadil Awal dan Akhir diambil dari kata 'jamad'Â beku sementara Ramadhan dari kata 'ramdha' yang artinya sangat panas.
Meskipun demikian para ulama sepakat bahwa kata Ramadhan yang terdapat dalam surah Al Baqarah ayat 185 adalah Kalamullah yang pertama kali menggunakan kata Ramadhan untuk menunjuk pada nama bulan yang di dalamnya ada perintah untuk melakukan ibadah puasa.
Setelah Nabi Muhammad s.a.w dan umat Islam hijrah dari Mekkah ke Madinah turunlah wahyu tentang perintah puasa berikut tata caranya dan termasuk penyebutan nama bulan Ramadhan.
Perintah puasa tertuang dalam surah Al-Baqarah ayat 183 yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, puasa di wajibkan atas kamu sebagaimana telah di wajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu terpelihara dari keburukan jasmani dan rohani".
Sedangkan kata Ramadhan terdapat pada ayat selanjutnya yaitu ayat 185 "Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya Al Quran di turunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata mengenai petunjuk dan Furqan".
Orang-orang mengatakan 'ramadha ash-shai'mu'Â artinya bagian dalam tubuh orang yang berpuasa menjadi sangat panas dan haus. Bulan ini di sebut seperti itu karena (1) puasa di bulan itu menimbulkan panas karena haus, (2) beribadah di bulan ini membakar habis bekas dosa manusia, (3)karena ibadah di bulan ini menimbulkan dalam hati manusia kehangatan cinta kepada Sang Khalik dan juga kepada sesama manusia.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. menulis " Para ahli bahasa mengatakan dikarenakan bulan ini datang pada musim panas maka ia di katakan Ramadhan, menurut  saya hal itu tidak benar sebab bulan suci ini tidak khusus untuk bangsa Arab saja.
Saat Islam menyebar ke seluruh dunia ternyata di ketahui kondisi iklim dan musim di berbagai belahan dunia bisa sangat berbeda-beda, saat di tanah Arab musim panas justru di wilayah lain bisa saja musim hujan begitu juga sebaliknya. Artinya pendapat yang mengatakan bahwa nama bulan Ramadhan yang mengacu pada musim panas di jazirah Arab tidak relevan.Â
Di samping itu pemahaman tentang "panasnya" Ramadhan menjadi metaphoric atau kiasan dari pada kata 'Ramadhan'Â yang mengacu pada musim panas di jazirah Arab.
Jadi arti Ramadhan yang sebenarnya adalah bersabar dari makan dan minum hingga waktu berbuka dan juga menahan gejolak hawa nafsu dari 'kelezatan' jasmaniah sehingga dikarenakan itu tubuh menjadi panas dan bergejolak yang ini pun berhubungan kepada kesehatan jasmani dan rohani.
Handy Pranowo
15042021
Sumber referensi tulisan: Ramadhan Hebat, Abu Jibriel. Â Sinar Islam Vol.1 Â edisi4 Ihsan 1393/ Juni 2014.
Al-Quran dan terjemahan dan tafsir singkat (Jemaat Ahmadiyah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H