Menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan adalah suatu kewajiban bagi seluruh umat muslim di dunia. Saya yakin semua teman-teman Kompasianer punya cerita yang menarik seputar menjalankan ibadah puasanya plus pernak-perniknya.
Bertahun-tahun menjalankan ibadah puasa di bulan ramadan di Indonesia bersama-sama dengan keluarga adalah hal yang paling mengesankan.Â
Sahur dan berbuka puasa adalah moment yang paling bahagia begitu juga mengerjakan salat tarawih dan tadarus bisa sangat begitu nikmat dan khusyuk bersama dengan keluarga.Â
Namun saya ingin berbagi sedikit pengalaman yang berbeda saat menjalankan ibadah puasa saat saya bekerja di kapal pesiar. Dan ini jugalah yang menjadikan titik balik buat diri saya memaknai hikmah ibadah puasa yang sebenarnya, yang tidak hanya sekadar menahan makan dan minum tetapi menahan segala hawa nafsu, baik itu nafsu amarah, nafsu biologis atau pun nafsu yang lainnya.
Puasa pertama saya, saat kapal Ms. Noordam berlayar dan sandar di wilayah kepulauan Carribian dan Florida, USA.Â
Puasa tahun kedua bersama Ms. Westerdam dan saat bulan puasa itu kapal berlayar di wilayah perairan Mediteranian dengan negara-negara yang dikunjungi yaitu Spanyol, Italia, Yunani, Turkey, Kroasia dan lain-lain. Puasa di tahun ketiga bersama Ms. Rotterdam di wilayah Inggris, Irlandia, Norwegia, Finlandia, Russia dan lain-lain.Â
Yang pasti saat berada di kapal pesiar waktu sahur dan berbuka puasa sudah barang tentu berbeda dan pas kebetulan kontrak kedua dan ketiga ketika berada di Eropa dan memasuki musim panas. Waktu makan sahur yang biasanya di Indonesia jam 4 subuh menjadi jam 2 atau jam 3 malam di sana.Â
Bagaimana bila berbuka, berbuka puasa bisa jadi jam 7 malam atau lebih dari itu bahkan yang sedihnya bila kapal sedang berada di tengah laut dan berlayar ke arah barat atau ke arah matahari terbenam bisa-bisa sampai jam 8 malam pun matahari tetap kelihatan terang.
Namun ada pula sebagian dari crew kapal yang berbuka puasa mengikuti waktu jam maghrib di daratan sekitar, biasanya seseorang dari kami yang ditunjuk sebagai Ustad Kapal lah yang memberitahukan waktunya untuk berbuka puasa.Â
Tapi kalo saya sendiri biar lebih afdol menunggu sampai matahari benar-benar turun hingga langit berwarna redup.Â