Robohkan saja rumah batu tak berpenghuni di kepalamu itu, ia tak berhak menerima hujan, tak berhak mengerami gerimis, tak berhak mencicipi kemarau dan ia pantas di penggal.
Agar kau bisa tidur nyenyak dan tak memikirkan siapa-siapa saja yang bakal menghuni rumah batu tersebut.
Pergilah ke tukang cukur atau ke tempat pemotongan hewan berkaki empat barangkali mereka dapat membantumu menghilangkan rumah itu.
Tetapi jangan berupaya untuk bunuh diri atau menyelam ke dalam sumur kering yang penuh dengan laba-laba air.
Itu sama saja kebodohan dalam berangan-angan tak menyelesaikan permasalahan.
Kamu tak ingin menjadi hantu bukan dan sungguh sulit membayangkan dirimu bila benar-benar menjadi hantu.
Kamu tak mirip kuntilanak, pocong atau pun vampire.
Kamu lebih mirip badut yang suka menyasar masuk ke dalam mall lalu berjoget di depan toko sepatu mahal yang selalu kamu inginkan.
Hingga seorang satpam datang mengusirmu dengan cara menendang, sebab kata-kata tak mempan lagi bagimu dan kata-kata hanyalah nina bobo bagi anak-anak di bawah umur.
Sudahlah sana pergi ke tukang cukur atau ke tukang jagal hewan.
Jangan buang-buang waktu sebelum rumah itu penuh dengan orang-orang asing, lumut-lumut hijau serta jamur berwarna biru.
Kamu susah tidur nanti, kamu tak dapat lagi bermimpi, bukankah kamu ingin melanjutkan mimpi jorokmu itu.
Duduk di pinggir sungai sambil menghisap buih-buih busuk limbah pabrik kain yang lupa di saring.
Katamu seperti bau lem yang sering kamu hisap di pinggir jalan bersama anak-anak yang sering tidak makan.
Handy Pranowo
08042021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H