Pada akhirnya aku harus menunggu, menunggu seseorang untuk menemani aku duduk di tengah putaran waktu yang sering melahirkan kata-kata.
Kata-kata yang menjadi sajak, sajak seseorang yang sedang menunggu sedang di luar sana hujan masih saja turun.
Namun waktu tak pernah mau menunggu, ia terus berputar melubangi umur.
Lalu ku catat semua daftar mimpiku di sembarang malam di mana mataku sering tak bisa terpejam hingga istriku menyuruhku datang ke seorang dokter dan di sana aku harus menunggu antrian.Â
Hingga pada giliranku, aku takut masuk ke dalam ruangan itu meski dokter tersenyum dan menanyakan apa keluhanku.Â
Jujur, aku tak mau lagi menunggu untuk masuk ke ruangan dokter meski ia tersenyum dan ramah saat ia menyuruhku duduk.
Aku takut di suntik dan aku benci membaca resep obat yang hurufnya hilang bentuk.
Dan pada akhirnya aku harus menunggu sambil menulis atau membaca buku, buku puisimu yang dulu pernah ku robek sampulnya sebab di situ bertuliskan kata pengantarmu yang membuat aku jemu.
Aku masih menunggu.
Handy Pranowo
22032021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H