Di zaman ini aku lihat para penjahat di mimbar-mimbar berkhotbah dan para pelacur berbicara soal kesetiaan cinta.Â
Dan para penipu menciptakan lapangan kerja, investasi dan modal usaha.
Lalu anak-anak muda di negara dunia ketiga mahasiswa dan para pelajar ramai-ramai berteriak soal keadilan sementara orang-orang tua mereka asyik menghisap cerutu kudeta kekuasaan.
Oh jaman yang asing penuh bencana, oh dunia yang bising penuh amarah. Tanah berlumuran darah dari bercak-bercak luka di kepala dan dada.
Bom Molotov dan gas air mata saling bersahutan-sahutan, senjata canggih pembunuh massal tercipta demi keamanan dunia begitulah kira-kira kata negara-negara yang berkuasa.
Intrik-intrik politik saling menjegal antar saudara kian lucu, ada yang di dandani topeng agama, ada yang di poles soal suku dan ras, ada yang sakit hati, ada yang karena duit. Lalu kongres-kongres di dalam gedung mewah melahirkan apa? Perdamaiankah.
Tuhan di setiap malam aku bersujud dan berdoa agar dunia tidak hancur sebelum waktunya sebab tangan-tangan tirani yang mabuk kekuasaan dan mulut-mulut orang munafik yang mencintai harta begitu nampak terlihat, tak tahu malu telanjang memainkan kemaluannya.
Tuhan aku butuh pedang Khalid bin Walid, aku butuh nyali Umar bin Khatab untuk menebas kepala mereka semua yang mengacaukan dunia dan yang suka berkuasa seenaknya.Â
Tetapi alangkah naifnya aku ini bila segalanya bisa di selesaikan dengan damai bila orang-orang mau mengikuti jalannya Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.