Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Suatu Hari Nanti

3 Maret 2021   14:10 Diperbarui: 3 Maret 2021   21:20 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jantung pisang yang dulu melambai-lambai berganti dengan lampu-lampu rumah dan yang tersisa hanya kebun belakang serta gunung yang tetap angkuh menjulang.

Pohon murbai sudah tidak ada berganti pohon jambu, namun kupu-kupu masih nampak terlihat berputar-putar di tengah kebun meski warnanya tidak lagi biru.

Ayah duduk di sana sambil memperhatikan lelaki kecil yang sedang di timang ibu, matanya mulai rabun dan ibu tak cekatan lagi memasukan benang ke lubang jarum.

Dan aku menikmati masa laluku, di sini di antara waktu yang terus meluncur, rasanya ingin terus kembali pulang namun hidup mesti berjalan.

Suatu hari nanti semuanya pun akan hilang, ya suatu hari nanti.

Handy Pranowo

02032021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun