Embun lahir dari malam yang jenuh.
Merangkak menjumpai subuh.
Hingga kawanan burung datang dan meminumnya di pagi hari.
Sebagian jatuh di atas rumput dan kita memetiknya dengan jari.
Suatu hari menjelang pagi kamu bertanya kenapa embun hari ini tak ada. Apakah malam telah mandul dan tak lagi melahirkan embun.
Dengan tenang, setengah mabuk aku menjawab.
Bukankah embun telah menjadi air matamu semalam?
Handy Pranowo
260315
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!