Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Satu (Embun)

30 Januari 2021   02:50 Diperbarui: 30 Januari 2021   03:02 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Embun lahir dari malam yang jenuh.
Merangkak menjumpai subuh.
Hingga kawanan burung datang dan meminumnya di pagi hari.
Sebagian jatuh di atas rumput dan kita memetiknya dengan jari.

Suatu hari menjelang pagi kamu bertanya kenapa embun hari ini tak ada. Apakah malam telah mandul dan tak lagi melahirkan embun.
Dengan tenang, setengah mabuk aku menjawab.
Bukankah embun telah menjadi air matamu semalam?

Handy Pranowo

260315

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun