Suatu saat nanti ada waktunya kita di bekukan oleh garis waktu.
Memasuki ruang ketiadaan dan kita hanyalah sejumput akar yang tak berguna tercerabut sia-sia.
Kita lupa di mana menyimpan doa-doa yang sebelumnya tak pernah di baca.
Kita sibuk meramu angin, merajut kabut, menuai rintik-rintik  hujan demi sepenggal hidup yang nyatanya hanya sekejap.
Apakah akan kita biarkan diri kita mengikuti orang-orang yang gila agama yang inginkan dunia ini meledak.
Apakah akan kita biarkan diri kita mendukung politikus-politikus yang kerjanya membohongi rakyat.
Apakah akan kita biarkan diri kita berdiri bersama para pejabat-pejabat rakus yang senangnya korupsi.
Apakah akan kita biarkan diri kita menikmati tontonan-tontonan tak bermutu di televisi tentang gosip dan fitnah.
Waktu hanya sedikit, tinggal sedikit usaikan segala rupa pura-pura,
Di mana kita hanya sebentuk alpa yang bangga akan keadaan lupa pada ketiadaan.
Tegakkan malam, tundukkan siang.
Luaskan hatimu untuk kebenaran dan kejujuran.
Musim yang menua.
Kita yang belia memasak jiwa
Memaksakan diri menjadi kebanggaan dunia. Sia-sia
Kalimat azam serupa hiasan di dinding waktu terpahat rapi oleh paparan kebijakan
Namun retak di tiap sudut ingatan. Kematian adalah jalan kehidupan.
Kebayoran Lama Utara
15012021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H