Ketika malam datang rindu terbang berhamburan keluar dari hatiku bagai lampu kunang-kunang.
Bulan nampak bersolek di bibir penyair lalu rebah di taman kota di antara sajak-sajak yang kering.
Seluruh ingatanku di dahan waktu mengelupas haru biru mengamini perjalanan  panjang yang semakin rapuh.
Aku berdoa untuk semuanya, bagi siapa saja, samudera dan semesta dan aku bukan siapa-siapa.
Tanganku penuh debu namun ingin ku peluk dirimu, kematian yang telah lama menunggu.
Inilah aku dengan sajakku yang merentang menunggu terkubur dalam pusara waktu, ku harap kau mau membacanya sebelum kalian tinggalkan aku Â
sendiri memetik bunga-bunga di taman yang dulu pernah pertemukan Hawa dan Adam.
Dan pada hari itu, aku adalah merah, aku adalah tanah, aku adalah kebekuan yang di selebung doa-doa dan amarah.
Untuk sajak ini dan semua rindu ku persembahkan bagi kalian serta Tuhan yang telah sabar menuntun hingga sejauh ini
aku berjalan. Terima kasih Tuhan.
Handy Pranowo