Bayanganmu semalam tertinggal di atas meja makan padahal pesta anggur belum usai dan hujan datang lebih cepat menjemputmu untuk pulang.
Telah kau tinggalkan aku sendirian meski bayanganmu mencoba mengajakku berbicara namun rasanya yang ku dengar itu suara hujan dan genangan air mata.
Aku telanjang mendekap bayanganmu yang mulai kedinginan sedang hujan deras di luar menggenangkan sisa pertemuan yang sebenarnya adalah sebuah perpisahan.
Aku mabuk bila kau tinggalkan diriku seorang dan aku benci hujan kenapa harus datang bukankah hujan malapetaka bagi penyair yang kehilangan kata-kata.
Sebab hujan mengalirkan semua kata-kata yang belum pernah sama sekali di bacanya. Dan kamu ikut pula menghilang bersama hujan ke tengah lautan dan bayangmu tertinggal di atas meja makan.
Dan aku benci hujan.
Handy Pranowo
210319
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H