Selama ini kita mencuri waktu diam diam melucuti rindu padahal siapa sebenarnya punya rindu sedang kita dalam jarak yang tak semestinya merindu.Â
Ah, ku kira takdir juga mempertemukan kita sebagai kawan seperjalanan yang menunggu senja datang ketika gerimis memungut kesepian melajang.
Waktu terus bergulir, bergulir menuju hari yang tak pernah kita ukir. Bahkan sebelumnya rindu yang pernah kita bicarakan semalaman tak tersisa sedikitpun dalam hidangan sarapan.
Di mana kau saat ini, diarymu tertinggal di kamar dengan catatan penuh kerinduan. Entah pada siapa kau alamatkan sedang ku yakin kau tak pernah tahu kemana arah pulang.
Kau dan aku terus berjalan melingkari hari, melewati batas sepi di mana rindu terlalu menyakitkan untuk di kenang. Dan sajak ini ku persembahkan kepadamu yang kini telah menghilang.
Handy Pranowo
270219
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H