Lagi-lagi puisi doa tercipta dari orang-orang yang ingin berkuasa. Lagi-lagi puisi doa tersebat dari mulut-mulut yang tak lagi dipercaya. Lagi-lagi puisi doa menggema di arena politik memaksa Tuhan mendengarkan syair-syairnya.
Oh panggung politik penuh intrik, syair-syair sunyi dari kedalaman hati kini berubah fanatik demi raga yang haus akan posisi, demi persekongkolan kepentingan pribadi. Lagi-lagi puisi doa membuncah di malam kelam penuh gerah.
Oh penyair yang lupa siapa diri, oh para politikus yang lupa untuk siapa mengabdi akankah kau terus menulis puisi doa sampai nanti waktunya memilih sedang kami tahu kemana maksud hatimu pergi.Â
Dengarkanlah wahai saudaraku kami lebih rindu syair-syair puji yang didendangkan sunyi tanpa pamrih. Kami lebih rindu syair-syair kedamaian yang menenangkan hati. Kami lebih rindu dan mengharapkan puisi doa yang terbaik untuk negeri yang kami cintai.
Handy Pranowo
Srengseng 230219
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H