Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepak Bola, Oh Sepak Bola Indonesia

24 September 2018   01:43 Diperbarui: 24 September 2018   13:41 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sungguh senang dan riang melihat pertandingan liga sepak bola Indonesia,

para pemain bolanya tidak bagus-bagus banget, standar, malah kebanyakan lebih mengecewakan

tapi yang lebih penting suporternya mereka senang saling baku hantam, saling adu jotos.

Entah demi apa mereka begitu fanatik padahal nyawa mereka taruhannya.

Sungguh indah dan ajaib bila usai laga pertandingan liga sepak bola Indonesia sebab kalah dan menang pasti ada nyawa yang melayang 

dari para suporter kedua kesebelasan.

Tangis kesedihan nyaring bergema bersama teriakan kemenangan yang tak seberapa nilainya di banding nyawa manusia yang melayang.

Begitu menyenangkan bukan?

Sungguh manis dan penuh kenangan seusai pertandingan sepak bola mereka berbondong-berbondong 

mengantarkan jenazah kawannya ke kuburan. 

Nyanyikan yel yel kesebelasan, kibarkan bendera-bendera kebanggaan, kaos jersey dan slayer di kenakan.

Loncat-loncat, menari-nari gembira ria, senang-senang di atas kuburan kematian.

Goooooooollllll

Teman kalian satu persatu masuk liang kuburan.

Goooooooollllll

Di nisannya tertulis nama yang tak akan pernah di kenang kecuali balas dendam dan balas dendam.

Goooooooollllll

Sepakbola Indonesia menjadi mesin pembunuh yang handal.

Goooooooollllll

Terus apakah kalian lebih peduli dengan kemenangan ketimbang kematian saudara kalian?

Goooooooollllll

Dan kalian cuma bisa berucap bela sungkawa sebab esok lagi kalian akan berbuat yang sama lebih sadis, lebih bar-bar.

Dan pastikan akan lebih mengerikan.

Majulah sepak bola Indonesia ku. Semoga

Handy Pranowo

23sept2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun