Langit merah di ujung dermaga, kepalan angin menumbuk di dada.
Tubuhku bersandar di tepian waktu yang tersisa, jiwaku di penuhi gelisah.
Aku bertanya, di manakah akhir perjalanan panjang sedang langit tanpa batas
kerap kali memberikan harapan-harapan.
Dunia terus berputar menggandeng tanganku untuk tetap berjalan menapaki tiap sunyi, tiap bayang,
kenangan, kesenangan, kerinduan.
Dan lihatlah kerling cahaya memantul berkilauan di tengah ombak yang tenang.
Lalu burung-burung pulang mengetuk pintu-pintu sarang mereka memasuki waktu yang damai penuh kerinduan.
Kali ini tak ada pemberontakan dalam hatiku kecuali gelisah yang ingin berdamaiÂ
dengan harapan-harapan yang tenggelam.
Dan aku mencium aroma nafas Tuhan yang di bawa angin dari arah selatan, seperti aroma bunga terumbu karang