Aku telah lama menunggumu di sini hingga menguras bagian hatiku yang sepi. Waktu demi waktu, hari demi hari seakan tak memberi kesempatan bagiku untuk menentukan kapan saatnya beranjak pergi.
Penantianku berubah menjadi angin, berubah menjadi bayangan sepi buat diriku sendiri sementara kalimat-kalimat puitis yang ingin ku katakan kepadamu bila nanti kau datang berubah menjadi keperihan yang paling lugu.
Namun aku tak mengenal lelah meski seribu kali di hantam kalah. Meski kerelaan hatiku tak sempurna bila di bandingkan dengan apa yang telah ku berikan kepadamu. Tubuhku pernah menyatu ke dalam hasratmu. Dan setelah itu kita bingung mengendalikan diri, jiwaku menangis sendirian dan ku minta kau datang untuk menyeka air matanya.
Maka jangan biarkan senja tenggelam begitu saja bukankah kau pernah menikmati sinarnya yang lembut mengenai matamu. Dan jangan biarkan bulan sendirian melanglang malam yang penuh kegelapan bukankah kau pernah menjilati cahayanya ketika orang-orang lelap menyulam impiannya.
Handy Pranowo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H