Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jalan Tikus

2 Mei 2018   21:46 Diperbarui: 2 Mei 2018   21:54 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku adalah masa lampau dari kesumpekan ibu kota yang kian hari kian berat menopang hidup. 

Aku jauh tertinggal pincang di tengah kemapanan yang terus menggerus kaum urban. 

Aku semakin renta, pucat dalam keterasingan, sempit di antara kesibukan. Meski kini tubuhku terus di aspal namun apalah diriku yang tak sanggup lagi menahan beban.

Aku jalan sempit yang penuh kenangan tempatnya para pemabuk dan pezina menaruh harapan.

Aku jalan tikus yang kini penuh kemacetan, lalu lalang pengendara motor yang menghindari razia mingguan.

Aku jalan pintas yang kerap kali menggenang bila hujan datang, aku kaku di antara tembok-tembok gedung apartment dan pertokoan.

Namun aku bangga sebab aku ada di tengah kota hidup bersama orang-orang yang tidak pernah takut akan kematian.

Handy Pranowo

2518

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun