Aku adalah masa lampau dari kesumpekan ibu kota yang kian hari kian berat menopang hidup.Â
Aku jauh tertinggal pincang di tengah kemapanan yang terus menggerus kaum urban.Â
Aku semakin renta, pucat dalam keterasingan, sempit di antara kesibukan. Meski kini tubuhku terus di aspal namun apalah diriku yang tak sanggup lagi menahan beban.
Aku jalan sempit yang penuh kenangan tempatnya para pemabuk dan pezina menaruh harapan.
Aku jalan tikus yang kini penuh kemacetan, lalu lalang pengendara motor yang menghindari razia mingguan.
Aku jalan pintas yang kerap kali menggenang bila hujan datang, aku kaku di antara tembok-tembok gedung apartment dan pertokoan.
Namun aku bangga sebab aku ada di tengah kota hidup bersama orang-orang yang tidak pernah takut akan kematian.
Handy Pranowo
2518
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H