Aku memilih mati dalam kegelapan dari pada hidup mencaci maki orang. Aku memilih buta mata penglihatan dari pada buta jiwa dan pikiran. Aku memilih tenggelam di dasar lautan dari pada harus mengarungi ombak kesesatan.
Aku memilih di berangus malam dari pada hidup di tengah siang yang rawan pengkhianatan. Aku memilih menjadi anjing tawanan dari pada menjadi kuda serdadu pembantai kaum yang lemah.Â
Aku memilih hidup tak beragama dari pada hidup beragama namun tak mengenal kasih sayang. Aku memilih menjadi tikus got dari pada menjadi coro penjilat tai atasan.Â
Aku memilih diam tak bersuara dari pada bersuara lantang namun tak ada yang di kerjakan. Aku memilih hilang dan tenggelam dari pada timbul di permukaan tapi membuat gaduh dan berbuat curang.Â
Aku memilih menjadi diri sendiri dan tak terkenal dari pada membakar nafsu orang yang haus akan kekuasaan. Aku memilih menjadi gelandangan dari pada dermawan yang membiayai sebuah kehancuran.
Aku sudah muak, melihat dan mendengar orang-orang bertengkar demi sebuah kekuasaan yang tak lebih dari sejengkal.Â
Dan aku lebih memilih berperang melawan hawa nafsu dalam diri dari pada harus berperang menghancurkan saudara sendiri.
Handy Pranowo
9April18
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H