Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Untuk Penguasa Kota

11 November 2017   01:29 Diperbarui: 11 November 2017   01:38 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandanglah tengkukmu, sebelum menjilat kata-kata yang meludah di dada yang kau busungkan. 

Di sana, di punggungmu, barisan kalimat melarat dari ibu bahasa yang pernah melahirkanmu menjadi ambigu, 

nyatanya kamu tak pernah menjadi dewasa, kamu seperti kehilangan arah sebab cawan di hatimu penuh dengan ambisi. 

Kamu terlihat menggeliat perkasa namun rapuh dalam jiwa. 

Kamu pribumi atau non pribumi itu sama saja, lahir di dunia ini menjadikan kita memilih antara kanan dan kiri, 

tetapi aku, aku tak akan mau di gerakan oleh siapapun apalagi harus bertentangan dengan batinku sendiri.

Akal sehatku adalah bentuk kewajaran yang terus ku olah, ku jaga dalam tiap baitnya.  

Agar selalu waras dalam bertingkah laku dan aku tak mau mengingkari hati nurani.

Sekali lagi, pandanglah tengkukmu sebelum menjilat kata-kata yang meludah di dada yang kau busungkan.

Kekuasaan tak akan lagi berharga bila hanya untuk menipu mata.

Ini tanah bukan lagi medan pertempuran tumpah darah, ini tanah buat orang-orang yang mencintai kedamaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun