Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Marah

23 Oktober 2017   21:40 Diperbarui: 23 Oktober 2017   22:25 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sajakku mandek di tengah kemacetan kota, tercerai berai bising paling pekak di telinga. 

Orang-orang di jalanan saling sombong di bungkus kemunafikan yang paling gila 

sedang hidup terus terkontaminasi debu perilaku tanpa akal, tanpa kesadaran jiwa.

Kita di paksa saling berebut, saling bertengkar untuk sesuatu hal yang mudah binasa, kekuasaan, kekayaan.

Lihatlah wajah-wajah mereka penuh kecemasan di paksa terus berputar di jam-jam sibuk yang menyedihkan 

sebab kata pulang dan rindu rumah tak akan pernah usai. 

Gaduh menerebos norma-norma kesopanan, tak ada rambu-rambu yang tak di langgar.

Apakah kamu lelah, apakah ada istirahat sementara hari menjarah waktu kematian yang semakin dekat.

Sementara angin ribut berkecamuk dalam pergaulan sosial, orang-orang tak lagi bisa menyelesaikan masalah dengan pikiran.

Di jalanan kalut saling sikut, dalam gedung ribut-ribut urusi perut, dan aku yang bingung diam-diam kentut malah kalian bilang salut.

Dasar bodoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun