aku tak bisa memainkan nada, suaraku sumbang dan pada akhirnya aku tak paham arti dari kedipan mata,Â
rasanya tanganku terasa berat untuk bisa memulai meraba dada mu yang mulai gatal karena rindu.Â
Aku tahu Carla, sungguh aku tahu, tapi aku tak bisa.
Hmmm. Di ruang tamu tak ada mata, tak ada telinga, di tempat tinggalmu hanya ada satu pintu, itu pun telah rapat terkunci.Â
Tak ada orang lain, kamu tinggal sendiri dan sangat menyukai sunyi.Â
Terlebih sunyi di dalam gemericik gerimis. Sunyi di dalam gelap yang sepi. Dan suara kebisingan hanya ada di dalam hati.
Di rumahmu aku akan selalu bilang bahwasanya aku kagum cara kamu merawat rumahmu,Â
aku kagum cara kamu menata dapur dan ruang kamarmu, sepasang pigura besar foto ayah ibumu,Â
cukup serasi menempel di dinding di apit hiasan bunga-bunga kertas buatan tanganmu.Â
Katamu kamu terbiasa sejak kecil dulu. Kamu sungguh luar biasa.
Ini bahkan kunjungan yang ketiga ke rumahmu, sejak aku bertemu dua bulan yang lalu denganmu,