Tergerus arus, tersapu kalah. Menyerah pada takdir yang tak lagi ramah, menyerah pada hari yang semakin rumit dan waktu yang kian sempit.
Dan di tepian sungai ini ketika arus air menggenangi mimpi dan membawanya pergi,Â
tetes air mataku pun berjatuhan menjadi kilau-kilau perjalanan yang bila di kumpulkan seperti buih-buih lautan.
handypranowo
040417
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!