Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cerita Hujan

14 April 2017   09:53 Diperbarui: 16 April 2017   19:00 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Barangkali hanya hujan yang rintik-rintiknya bagai peluru 

menembus dada yang gersang oleh penantian.

Lalu kita sengaja berpura-berpura menahan kesakitan 

akan rindu yang terkoyak di jalan yang tergenang.

Ketahuilah hujan seperti masa silam yang datang tanpa persoalan 

dengan kelakar lembut yang seringkali sulit untuk di terjemahkan.

Bagai papan reklame usang di pinggir jalan dengan huruf-huruf yang sulit di baca.

Dan kita selalu menerka apa arti dan maknanya.

Terkadang ia datang tanpa berbicara namun rasanya aku sanggup berkata-kata tanpa suara dengannya.

Terkadang ia datang membawa ribuan pertanyaan yang hingga saat ini tak pernah sanggup ku pecahkan.

Dan kali ini ijinkanlah aku memunguti potongan-potongan tubuhmu yang jatuh untuk segera ku kumpulkan ke dalam bejana hatiku.

Semoga saja nanti di usiaku yang semakin senja. Aku tak lagi risau ketika ku butuhkan tetes airmu pada musim kemarau.

handypranowo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun