Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Segelas Teh Hangat

13 Agustus 2014   20:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:38 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu seperti kucing gampang nurut bila di beri ikan tapi di belakang kamu maling.
Kamu seperti anjing jilat-jilat sambil ngangguk tapi di belakang kamu berak dan kencing.
Tidakkah kamu sadar,
Tidakkah kamu tahu.

Nggak usah sok moralitas kalau bisanya hanya teriak-teriak bikin telinga panas.
Lihat lah diri mu sendiri dan bagaimana kamu hidup.
Bukankah ada pepatah , gajah di pelupuk mata tak nampak
kuman di seberang lautan nampak.

Kok bisa, bisa ya begitu.
Ya bisa saja, manusia kan rakus, manusia itu jahil dan saling menusuk.
Tidak perduli saudara, teman, atau pun terhadap lingkungan.
Kekuasaan dan kemegahan adalah hal-hal yang di sukai,
bahkan bila ada kesempatan menjadi Tuhan itu pun akan manusia lakukan.
Bisa jadi aku, bisa juga kamu, bisa juga kalian akan berbuat begitu.

Maka itu lah Tuhan memberikan pengajaran dan pedoman hidup serta akal untuk di gunakan.
Agar manusia bisa bertindak sesuai dengan hukum, kewajaran dan kearifan.
Agar manusia tahu dan paham bila hidup itu mesti toleran.
Jangan mau menang sendiri, jangan hanya buat kantong pribadi.
Jangan pakai akal-akalan demi kepentingan segelintir orang.

Nah, akal-akalan inilah yang sering kali di jadikan alat untuk melakukan tindakan curang, pembodohan, manipulasi.
Dan anehnya sikap dan laku seperti ini adalah wajar, lazim dan sangat di gandrungi para pemimpin negeri.
Entah untuk apa, buat siapa? ya tentu saja bukan buat kucing dan anjing

Aku lalu merenung sendiri di dalam ruang kamar di tengah jaman yang sulit ku mengerti.
Apakah yang akan di suguhkan bagi putra-putri yang tumbuh di negeri ini.
Bila masih saja ada segelintir orang yang mabuk kuasa dan senang berbuat ketidakwajaran.
Apakah hidup curang dan saling tikam menikam akan selalu mewarnai negeri ini.

Di mana kebaikan berada, di mana kejujuran tersimpan apakah ada di kolong jembatan.
Tiba-tiba sedang aku memikirkan hal itu, pintu kamar terbuka
Ternyata istriku masuk sambil membawa segelas teh panas.
Lalu di letakkannya gelas itu di atas meja dan ia pun bertanya
" Nulis apa sih kamu, puisi lagi? mau jadi penyair apa?
Kemudian aku reguk teh panas buatan istriku tadi dan bertanya padanya.
Sayang, sebenarnya kamu mau jadi kucing apa mau jadi anjing?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun