Mohon tunggu...
Handy Fernandy
Handy Fernandy Mohon Tunggu... Dosen - Pelaku Industri Kreatif

Ketua Program Studi Sistem Informasi Universitas Nahdatul Ulama Indonesia (Unusia), Ketua LTN NU Kota Depok, dan Pengurus Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana (Graisena)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gaduhnya Manuver Politik Jenderal Gatot Nurmantyo

25 September 2017   14:04 Diperbarui: 29 September 2017   14:34 10385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang menilai bahwa Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo kini tengah melakukan manuver politik guna mendulang simpati demi pemilu 2019 mendatang.

Bulan September 2017 ini menjadi bulan paling sesak dengan pemberitaan yang bersumber dari Pria berusia 57 tahun tersebut. tercatat setidaknya ada dua hal yang dianggap mengandung pesan sekaligus sikap politik pria yang aktif di kesatuan tentara nasional sejak 1982 tersebut.

Hal pertama yang membuat gaduh republik ini adalah instruksi Gatot untuk memutar film G30S/PKI. Ajuran itu tentu dianggap sebagian orang seperti mencederai semangat reformasi. Pasalnya, film yang di sutradarai oleh Arifin C Noe itu sarat dengan kepentingan orde baru.

Selain itu, film tersebut juga dianggap kontroversi mengingat banyaknya hal yang melenceng dalam film tersebut, misalnya soal sakitnya Presiden Soekarno yang digambarkan di film tersebut itu murni rekayasa. Padahal sejarah mencetat saat itu Bung Karno baik-baik saja.

Yang lebih menjengkelkan adalah adegan pembunuhan Jendral dimana beberapa jendral yang disekap itu mengalami penyiksaan hebat sebelum di bunuh dengan cara disayat dengan cara biadap. Namun (lagi-lagi), fakta sejarah mencatat bahwa para pahlawan revolusi itu hanya ditembak, sesuai dengan hasil visum yang dilakukan oleh tim yang terdiri dari dr. Lim Joe Thay, dr. Brigjen Rubiono Kertopati, dr. Kolonel Frans Pattiasina, dr. Sutomo Tjokronegoro dan dr. Liau Yan Siang seperti yang dikutip dari situs Historia.

Gatot sendiri beralasan bahwa inisiatif yang ia lakukan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengingat kembali kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) yang telah membunuh 7 pahlawan revolusi. Menurutnya, generasi saat ini (baca: milenial) harus mengingat bahwa Indonesia memiliki sejarah masa lalu yang kelam.

"Yang lain bicara negatif, biar saja lah, tapi tujuan saya agar semua generasi mengetahui bahwa kita pernah punya sejarah yang kelam, dan jangan sejarah itu berulang," kata Sang Jenderal seperti dikutip dari Kompas.

Sayang, ketika ditanya soal akurasi film G30S/PKI, Gatot menjawab dengan enteng dan mengaku  tak terlalu memikirkannya.

"Tanggapan emang gue pikirin, saya hanya ingin agar bangsa ini tak terulang lagi sejarah kelam," ungkap Gatot seperti dinukil dari Republika.

Hal kedua yang juga membuat publik tersentak adalah klaim Gatot yang mengatakan bahwa ada sebanyak 5000 pucuk senjata api yang didatangkan secara ilegal oleh lembaga non militer saat acara silaturahmi para purnawirawan jenderal dan perwira aktif TNI. Yang membuat kehebohan dari ujarannya itu bahwa senjata tersebut mencatut nama Presiden Indonesia, Joko Widodo atau yang dikenal dengan panggilan Jokowi.

Hal ini dianggap blunder oleh sebagai pengamat, terlebih ketika Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM, Wiranto menjelaskan duduk perkaranya bahwa hal tersebut adalah hoax alias tak benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun