Meski saat ini pemerintah, melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah membuat program 'Gerakan Membaca 10 Menit Sehari', Â 15 Menit Wajib Baca Sebelum Pelajaran, Gerakan Literasi Bangsa untuk Membentuk Budaya Literasi, dan program lainnya. Nyata, sampai saat ini belum mampu menyetarakan dengan budaya literasi dengan negera tetangga, seperti misalnya dengan negara Singapura yang memiliki indeks baca sebesar 0,55 persen.
Untuk itulah, karena budaya menonton televisi masih amat sangat tinggi, perlu ada peningkatan kualitas program-program yang ada televisi. Salah satunya adalah berlangganan TV Prabayar atau berlangganan.
TV berlangganan banyak menayangkan program-program yang memiliki kualitas di atas rata-rata. Sebut saja contohnya adalah History Channel yang banyak  menyajikan program khusus sejarah. Perihal sejarah yang di mata banyak orang membosankan ini mampu dikemas dengan menarik melalui penelitaian seksama dari para narasumber hidup yang pernah terlibat dalam kejadian tersebut.
Selain itu, juga ada National Geographic Channel, di mana saluran tersebut menawarkan rangkaian ilmu pengetahuan, petualangan dan orang dari berbagai belahan dunia.
Selain dua contoh di atas, ada banyak channel lainnya yang juga dapat memberikan edukasi lebih bagi masyarakat, khususnya bagi kalangan anak-anak dan remaja. Dapat dipastikan, konten yang ada jauh lebih baik dari tv nasional.
Di Indonesia banyak penyedia tv berlangganan mulai yang dimiliki oleh pemerintah, yakni Indihome (Usee tv) sampai yang dimiliki oleh swasta, sebut saja First Media, Indovision, K-Vision, Nex Media, Oke Vision, OrangeTV, Top TV dan lain sebagainya. Â
Memang yang menjadi ganjalan adalah belum banyak masyarakat di Indonesia yang belum memasang tv berlangganan adalah perihal mahalnya ongkos untuk menonton TV. Namun masalah ini dapat diselesaikan apabila pemerintah mau menggeluarkan anggaran untuk subsidi tv berlangganan.
Bayangkan bila misalnya harga rata-rata tv berlangganan sebesar Rp200 ribu dan setiap keluarga diberikan jatah subsidi sebesar Rp100 ribu oleh pemerintah, sehingga hanya menanggung setengah biaya, alias cuma Rp100 ribu dan, viola.. berbagai channel yang berkualitas dapat dihadirkan di depan keluarga se Indonesia.
Tayangan sinetron yang membosankan dapat berganti dengan tayangan box office yang seru. Tayangan infotainment, variety show, talkshow yang tidak berguna dapat digantikan dengan tayangan mengenai penciptaan alam semesta, sejarah dunia, dll.
Bila sudah demikian, maka dampak minimal yang dirasakan adalah, bahwa walaupun masyarakat membicarakan gosip dari tontonan, pasti akan banyak membicangkan  soal periah piala Oscar atau cara survive dalam menghadapi bencana, seperti tsunami atau gempa, ketimbang membicarakan soal perceraian atau di gedung kosong itu ada hantunya.(@handyfernandy)Â
Â