[caption id="attachment_372523" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustraasi: www.nyunyu.com"][/caption]
Saya jomblo, dan saya menikmati. Terserah apa kata orang lain tentang status saya. Yang jelas saya tidak mencuri dan korupsi. Sebagai jomblo, saya merasa bersyukur bisa bahagia, banyak yang punya pasangan tapi hidupnya tidak bahagia.-Harry Ramdhani CPAA (Calon Pengasuh Anak Andien)
Beberapa hari terakhir terjadi keprihatinan yang muncul di halaman timeline media sosial yang saya gunakan baik itu di Facebook,twitter, whatsup, instagram maupun di path, ditengah gerusan tentang dunia politik Indonesia yang semakin absurd dan tak berlogika menjurus kebodohan kita juga disuguhkan curahan hati mengenai status seseorang ditengah-tengah masyarakat sosial yakni menjalani kehidupan sebagai seorang Jomblo.
Seolah tak mengidahkan keadaan si jomblo yang tengah gamang akan nasibnya beberapa sahabat-sahabat di Facebook,twitter, whatsup, instagram maupun di path nya berlomba-lomba mengupload achievement level kehidupan, mulai dari pamer kemesraan sepasang kekasih, foto prewedding sampe yang paling tinggi level “greget”nya yakni resepsi pernikahan, lengkap dengan aksesoris norak, medikor nan menor cukup membuat si jomblo berfikir untuk mengakhiri hidup detik itu juga. Lebay? Tidak juga, faktanya menurut studi salah satu studi di Swedia berkesimpulan antara tahun 2001 sampai 2008 dari 7 juta orang dewasa ada 8.721 orang memilih mengakhiri dirinya (sumber: Republika).
Jomblo tak dipungkiri lagi adalah spesies terbanyak dalam umat manusia, saking banyaknya spesies ini setidaknya ada 3 negara di diduniamemiliki satu hari di kalender untuk merayakan keeksistensi mereka yang menyandang predikat jomblo.
Negara pertama yang menghargai kehadiran jomblo sebagai salah satu penyumbang pajak negara adalah negara Tiongkok, dikenal sebagai Single day alias penghormatan atas keeksistensian mereka di negara, biasanya dirayakan dengan banyaknya membeli banyak barang untuk dirinya sendiri, hal ini dicium oleh para pemilik modal asing dan lokal untuk menyenangkan jomblo dengan memberikan diskon bagi para jomblo di tempat belanja masal maupun belanja online.
Perayaan jomblo di Korea Selatan bernama Black Day yang dirayakan pada 14 April setiap tahunnya dengan memesan makanan untuk menghilangkan kesedihan, bukankah makan bisa menghilangkan kesedihan menjadi jomblo barang sejenak bukan?.
Negara terakhir yang mengadakan revenge atas ulah para relationship ngehek nan medioker adalah Finlandia, dengan hari yang sama dengan valentine beberapa membuat perayaan tandingan bernama friendship day dimana orang merayakan suka cita bersama teman-teman senasib untuk saling menghibur dan saling menguatkan.
Jomblo, Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini
Disadari atau tidak jika jomblo juga merupakan masalah dunia, negara mapan nan megah seoerti Amerika Serikat saja memiliki jumlah persentasi sebanyak 28% penyumbang jomblo di negaranya, selian Amerika, salah satu negara penghasil film dewasa terbanyak di dunia dan juga penyumbang terbesar kedua pendapatan perkapita negaranya yakni Jepang ternyata memiliki persentasi 31% penduduk negaranya adalah fakir asmara.Terakhir adalah negara Swedia yang menampung sekitar hampir setengah penduduknya jomblo.(Sumber:LA-light)
Jika kita selusuri diatas ketiga negara tersebut dapat dikatakan negara maju, jadi bisa kita simpulkan bahwa selama ini pemikiran banyak orang Indonesia bisa dikatakan medioker dan kuno seta jauh dari kata maju , banyak yang berfikir bahwa akhir dari tahap kedewasaan adalah menikah dan memiliki anak. Mulai saat ini silahkan cap orang yang menyuruh anda untuk berpacaran lalu segera menikah adalah memiliki budaya terbelakang apalagi jika masih ada yang mengatakan banyak anak banyak rezeki bisa dikatakan bahwa dia masih berfikir bahwa matahari dan tata surya yang mengelilingi bumi.
Faktanya kehidupan percintaan di Indonesia selaras dengan gaya hidup selebritisnya yang suka kawin cerai, misalnya dalam region asia-fasifik Indonesia sukses menjadi juara. dengan catatan fantastis nan dilema yakni sebanyak 200.000 kasus perceraian setiap tahun atau 1 dari 10 pasangan yang menikah pasti akan berakhir dengan perceraian. Najis.
Bahkan jika belum menikah pun kasus kekesaran dalam berpacaran juga banyak terjadi, dan tak hanya menimpa paa wanita saja, sebab pira pun juga mengalami kasus tersebut. Penelitian dari Community Development Corporation [CDC] memaparkan bahwa 40 persen pria mengalami kekerasan dalam hubungan.
Fenomena kekerasan dalam berpacaran justu lebih berbahaya ketimbang kekerasan dalam rumah tangga, karena kasus ini tidak terlihat ke permukaan yang disebabkan korban tak mau melapor dan sering terjadi pemakluman. Tindakan kekerasan dalam berpacaran itu banyak antara lain, pacar berbuat kasar dan paksaan untuk berbuat zina. Waspadalah.. karena kekerasan dalam berpacaran tidak dilindungin UU KDRT. Hii..
Sebagai Jomblo harusnya munculah sebuah kebanggaan identitas karena jomblo merupakan inventor sebuah perubahan radikal yang sifatnya menyeluruh dan berguna bagi kehidupan umat semesta. Apa jadinya jika Issac Newton justu memilih menikah dan memiliki anak, belum tentu hukum newton (kalkulus dkk) di temukan dan diaplikasikan ilmunya untuk peradaban dunia, karena sibuk bekerja dan mencari uang untuk menghidupi keluarganya, mungkin umatmanusia sampai saat ini belum mampu terbang ke bulan dan hanya menunggu habisnya masa datang bulan wanita saja.
Atau jika kamu berkaca pada Tan Malaka seorang revolusioner sejati, pahlawan nasional, bapak bangsa yang seluruh kehidupannya dia hibahkan untuk perjuangan Indonesia merdeka dan lepas dari penjajahan, di kejar-kejardan dicari-cari oleh tentara maupun intel hidup atau mati karena di cap berbahaya membuat seumur hidupnya men-jomblo. Tulisan-tulisannya menjadi inspirasi para pejuang kemerdekaan saat itu.
Sebagai contoh misalnya Soekarno,dirinya bahkan mengutip tulisan Tan di buku Aksi Massa sebagai inspirasi pidatonya yang berjudul Indonesia Menggugat sebagai pidato pembelaan yang dibacakan oleh Soekarno pada persidangan di Landraad, Bandung pada tahun 1930 yang atas pidato inilah Soekarno mantap tetap berjuang untuk kemerdekaan republik ini. Bahkan setiap senin pagi kita pun menyanyikan lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh seorang jomblo. WR Supratman yang juga mengutip kalimat “tanah tumpah darahku” dari Tan Malaka.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk membenarkan status jomblo, karena efek menjomblo terlalu lama juga tidak baik untuk kesehatan, belum lagi jika jomblo dioplos dengan pemahaman agama setengah-setengah sebagai identitas jati diri bisamembuat masalah menjadi lebih masif terstruktur dan sistematis. Tulisan ini hanya bisa dijadikan alasan atau kamuflase untuk anda membenarkan status anda sembari menanti atau menunggu fatwa hatimu yang mungkin muncul secara tak terduga. Karena rencana tuhan itu bakal indah sob. Mengutip kalimat dari lagu saykoji dalam lagu jomblo “Untuk semua jomblo di Indonesia, bersemangatlah, karena hari kemenangan akan segera tiba..”
Single itu pilihan Jomblo adalah perjuangan- Kamerad merah delima.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H