Mohon tunggu...
Handy Fernandy
Handy Fernandy Mohon Tunggu... Dosen - Pelaku Industri Kreatif

Dosen Sistem Informasi Universitas Nahdatul Ulama Indonesia (Unusia) Pengurus Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana (Graisena)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat untuk Adik-adiku di Myanmar

13 Oktober 2014   04:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:17 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas U-19 tahun 1961

Untuk Adik-adikku

Yang tercinta

Di Myanmar

Adik apa kabar? bagaimana keadannya di Myanmar sana? oh iya disini sedang panas sekali dik, suhu udara di ibukota siang hari bisa mencapai 34 derajat loh, untunglah hari ini kakak bisa menemukan tempat makan enak serta suhu ruangan yang bisa di atur hingga 20 derajat untuk menyaksikan kamu berlaga hari ini.

Di tempat makan ini kakak tak sendirian loh dik, didepan kakak ada dua orang yang kompak menggunakan seragam timnas,laki-laki dan perempuan, mungkin mereka sepasang kekasih yang tengah jatuh cinta, mereka kompak dalam segala hal, arah matanya pun sama-sama bisa ditebak dik, mereka menatap dengan wajah serius serta mereka sama-sama teriak "yah', mungkin gregetan karena melihat alur bola yang adik arahkan ke gawang masih melebar ke sisi sebelah gawang, kurang beruntung kamu dik.

[caption id="" align="aligncenter" width="496" caption="Timans Indonesia U-19 vs Australia U-19 (goal.com)"][/caption]

Kakak tahu, kalian pasti tegang sekali yah dik, sama seperti saat pertandingan pertama kalian, mungkin jika diibaratkan rasanya sama dengan kakak mendekati seorang gadis dik, ada rasa deg-deg-an, ada rasa gugup, ada rasa linglung, semua campur aduk jadi satu, hasilnya pun ketebak dik, kakak jadi terlihat bodoh di depan dia entahlah dia menjadi ilfil atau justru mentertawakan kakak dalam hati, entahlah hanya dia dan tuhan yang tahu.

Waktu menunjukan pukul 16.30 keadaan masih imbang kacamata, jujur dik sepanjang waktu tak sekejap pun kakak memalingkan wajah selain ke arah televisi di sudut ruangan ini, Ayam Fillet Sambal Rica dan Frapucino yang kakak pesan sama sekali belum tersentuh, sepertinya rasa lapar dan dahaga ini hilang seketika, padahal diluar tadi panas sekali loh dik ditambah perut yang keroncongan. Anomali sekali yah dik?

Babak pertama usai, duh leganya hampir tak sadar ternyata sudah 45 menit lamanya terbawa perasaan naik turun, tegang dan penuh emosional, melihat banyak peluang tersia-siakan oleh kalian dik, meski begitu permainan kalian lebih bagus loh ketimbang dua hari lalu saat berjibaku melawan Uzbekistan.

Oh iya dik, di saat turun minum ini kakak teringat apa yang dilakukan generasi U-19  terdahulu, tepatnya di tahun 1961, waktu itu U-19 pernah loh dik juara AFF, saat itu kita satu grup dengan Korea Selatan dan Jepang loh dik, tapi siapa sangka kita bisa kalahkan Jepang 2-1 dan imbang 2-2 dengan Korea Selatan dan membuat kita tampil di final sekaligus menjuarai kompetisi ini sebagai Juara bersama dengan Burma kalo gak salah kini namanya jadi Myanmar, asik bukan?.

[caption id="" align="aligncenter" width="496" caption="Timnas U-19 tahun 1961 (goal.com)"]

Timnas U-19 tahun 1961
Timnas U-19 tahun 1961
[/caption]

Babak kedua dimulai, suasana yang tadinya riuh mendadak sepi loh dik , semua pasang mata di tempat itu fokus kelayar televisi, salah satu orang yang berpakaian seragam khas tempat ini memegang remote, oh ternyata dia mengencangkan volume, mungkin itu request salah seorang pelanggan mungkin, entahlah.

Tau gak dik dibabak kedua permainan adik amat memukau loh, beberapa kali pemain Australia adik buat lantang luntung gak karuan, nyaris aja salah satu peluang bisa gol yah dik, nyaris saja.

Tapi, gol justu lahir dari kaki tim lawan.

Maaf yah dik, kali ini pun akhirnya gagal juga yah, mungkin kakak kurang sungguh-sungguh dalam berdoa sehingga adik akhirnya kembali harus menelan pil pahit dan harus mengubur impian tampil di Piala Dunia.

Maaf yah dik, mungkin ekpestasi kakak terlalu tinggi, kakak terlalu mengedepankan ego kakak dengan membebankan adik berprestasi lebih, kakak lupa, adik-adik ini masihlah tetap seorang adik, kakak minta maaf karena kakak mengajarkan adik dunia yang seharusnya adik belum inginkan atau butuhkan.

kakak terlalu banyak melakukan intervensi dengan mengekploitasi adik-adik untuk tampil di layar televisi hampir di setiap minggu, adik menjadi media darling, dieluh eluhkan oleh banyak orang, mungkin membuat adik merasa cepat puas atau mungkin terbebani  dan akhirnya melupakan tujuan adik yakni bermain sepak bola dengan riang gembira dan tanpa beban.

Pulanglah dik, pulang dengan kepala tegak, kekalahan ini bukan akhir segalanya, kakak akan belajar banyak hal, mungkin kakak akan lebih baik meninggalkan adik dalam jalan sunyi yang selama ini adik jalani.

Dari kakak mu

Rakyat Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun