Kendaraan roda dua atau yang lebih dikenal dengan sepeda motor menjadi kendaraan primadona bagi masyarakat Indonesia. Saya dan anggota keluarga juga lebih memilih menggunakan kendaraan ini ketimbang menggunakan kendaraan roda empat. Padahal dari segi keamanan dan kenyamanan terbilang sangat berbeda. Namun dari kemudahan serta waktu tempuh tegolong lebih cepat. Fasilitas yang kurang memadai untuk kendaraan roda empat membuat saya lebih memilih kendaraan roda dua. Dari mulai ukuran lebar jalan, lahan parkir, hingga bantuan emergency yang masih minim.
Kendaraan roda dua atau kita sebut saja motor, juga memiliki kelebihan tersendiri. Mulai dari konsumsi bahan bakar yang irit, ukuran kendaraan yang tidak memakan tempat, hingga kemudahan dalam pengoperasiannya. Hanya saja dalam keseharian ini, gaya mengemudi pengendara roda dua atau motor ini tidak berimbang dengan apa yang dibayangkan.
Saya bukan pengamat otomotif atau pakar transportasi, tapi saya sering melihat pengendara kendaraan roda dua yang tidak patut dicontoh atau sebenarnya mereka belum layak dijalanan. Kenapa ? Saya akan bahas dengan poin-poin berikut :
1. Keamanan Berkendara
Dari segi keamanan berkendara banyak pengendara motor yang tidak menggunakan helm. Dengan alasan jarak yang dekat dan tidak adanya polisi menjadi tameng. Selain itu, banyak pengendara motor yang menggunakan pakaian yang kurang aman. Seperti sarung, rok panjang yang dibiarkan menguntai, hingga gendongan bayi yang tali pengamannya jatuh ke pinggir jok.Â
Selain itu, pengendara motor juga jarang sekali menjaga jarak aman dengan kendaraan lainnya. Kadang menyalip kendaraan didepannya tanpa perhitungan yang tepat sehingga menyebabkan kecelakaan yang merugikan banyak pihak. Kendaraan dengan muatan lebih hingga bonceng pepet 3-4 orang yang membahayakan keselamatan bersama.
2. Ketaatan Dijalan Raya
Banyak ditemui di video IG atau tiktok yang mempertontonkan pelanggaran pengendara motor. Mulai dari menerobos lampu merah, melawan arah, hingga berhenti di tempat yang tidak semestinya. Banyak alasan yang dilontarkan mulai dari buru-buru sampai dengan alasan kalau tujuan mereka lebih dekat kalau lewat kesini. Main hape sambil berkendara merupakan hal paling haram dijalanan. Apalagi merokok yang menyebabkan tidak fokusnya berkendara serta mengganggu.
Selain itu juga banyak ditemukan kendaraan dengan plat nomor bodong alias plat palsu. Yang kebanyakan motor tersebut menunggak pajak atau masa berlaku. Belum ada sanksi tegas yang saya lihat dilapangan, banyak pembiaran yang menyebabkan rasa bahwa plat nomor mati bukanlah dosa besar. Padahal plat nomor merupakan identitas yang sangat penting bilamana ada hal mendesak yang terjadi di jalan raya.
3. Rasa Tanggung Jawab Yang Minim
Banyak pengendara motor yang memiliki tanggung jawab minim. Buang sampah sembarangan hingga menyerempet kendaraan orang lain kemudian dia kabur. Tidak sedikit pengendara yang "bersuara keras" ketika dijalanan, tapi "lembek" ketika bertemu langsung per-orangan. Banyak pengendara motor yang tidak mengindahkan suara ambulan tapi malah mengikutinya dari belakang.Â
Jika dilihat dengan kebiasaan orang Jerman, kendaraan emergency menjadi prioritas dijalanan. Karena mereka tahu tanggung jawab para petugas tersebut besarnya melebihi kepentingan diri. Bisa saja nyawa seseorang tidak tertolong karena tanggung jawab yang minim.
4. Arogansi Atas Nama Komunitas
Banyak pengendara tidak hanya roda dua tapi juga roda empat jika sudah mengatasnamakan komunitas maka akan muncul sifat sombong dan arogannya. Saya tidak menyudutkan sebuah komunitas roda empat atau roda dua, tapi mayoritas manusia jika sudah berkumpul dengan komunitasnya(anggota dengan pandangan yang sama) maka akan memunculkan rasa superior dibandingkan dengan yang lainnya. Kadang, motor atau mobil dengan stiker "komunitas" yang menempel akan merasa superior karena ia bagian dari sebuah komunitas. Menggeber suara bahkan memacu kendaraan dengan kecepatan tiggi. Padahal kalau sudah dijalan, semua kepala itu sama-sama lunak kalau sudah terbentur aspal. Dan tahu nggak ? Itu mengganggu !
5. Tidak Cocok Digunakan di Luar Negeri
Terakhir, gaya mengemudi pengendara roda dua di Indonesia tidak cocok digunakan diluar negeri. Mungkin masih cocok jika digunakan di India atau di Timor Leste. Saya pernah sekali berkendara di Eropa, rasanya berbeda jauh dengan Indonesia. Mulai dari aturan, rambu, hingga sanksi tegas.Â
Saya amat berhati-hati berkendara dijalanan karena selain saya bukan warga lokal, saya juga takut sanksi akan melayang. Apalagi eropa dikenal dengan sanksi yang tegas dan denda yang berat bagi para pelanggar lalu lintas. Indonesia ? Pengendara motor di Indonesia nggak akan bisa dempet tiga di Frankfurt, nggak akan bisa terobos lampu merah di Munich, dan terakhir pengendara Indonesia nggak akan bisa main hape ketika berkendara di Autobahn. Kapan gaya pengendara kita bisa berubah ? Ketika aturan dan sanksi keras bisa dilaksanakan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H