Mohon tunggu...
Dannu W
Dannu W Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Natural Talent

Suka nulis, fotografi, bersepeda, kadang nongkrong sambil ngopi kalau gak ada ganti teh anget

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Nakal !

3 Mei 2013   22:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:09 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayang surya masih terlihat di ujung pandangan dan sepertinya hari akan mulai berganti. Aku duduk sepi di kursi depan teras rumah sambil meregangkan otot-otot yang sedari tadi lelah bekerja. Tak lupa segelas teh celup yang sudah diseduh dengan butiran gula pasir yang di aduk perlahan. "Ding ding ding" - suara pesan masuk ke kotak masuk digital. Aku beranjak dan melihat kearah laptop yang menyala agak redup. Sengaja agar mata tiduk ikut lelah karena cahayanya. "Oh, ternyata email dari Dwi ! " - gumamku rendah sambil kemudian membawa laptop itu ke kursi yang tadi aku sempat duduki beberapa menit.

" Dek, pulanglah ke rumah ! Orang - Orang menunggumu !  "
- Katanya singkat. Aku tak membalasnya. Malah aku melihat pesan dari Fiyan tiga hari yang lalu. Ku buka dan kubaca lagi pesannya. Memang sudah kubaca, tapi rasanya seperti main air di gurun pasir. Kau tidak akan pernah bosan. " Klik..klik..klik" , akhirnya pesan itu kubuka.

" Hai sayang, maaf aku hanya bisa memberimu sebuah pesan singkat. Aku tidak mau mengganggu fikiran kamu. Aku sudah tahu kalau fikiran kamu sudah diganggu oleh Pak Burhan bos mu itu. Yang selalu memberikan kritikan pedas akan gambar dan desainmu. Tapi berbanggalah sayang, karena kau orang terbaik disana. "

" Oh, iya sayang, aku memang bukan bunda mu yang selalu memberimu petuah atau larangan yang kata sebagian orang konyol. Tapi aku tahu kamu pasti ingin mendengarnya. Jangan nakal ya selama kamu disana ! Awas loh nanti aku cubit pipi kamu ! "

" Aku mungkin tidak dapat melihat hidungmu yang mancung itu. Atau membuat secangkir teh manis favoritmu. Atau menemani mu nonton acara komedi itu dimana orang-orang tertawa lepas melihat satu orang yang berdiri sambil berbicara dengan penuh candaan. Atau aku tidak bisa membangunkanmu di pagi buta agar kau tidak kena marah dari orang berbadan gemuk itu."

" Sayang, aku titip ya ! Jangan lupa beri makan anak semata wayang kita. Awas kalau lupa lagi... terus kau sisir ya bulu nya yang tebal. Jangan mainkan laser lama lama dengan dia, kasihan nanti dia terlalu lemas untuk kau ajak jalan jalan ke taman bunga itu ! "

" Sayang, aku rindu akan musik itu. Sebuah instrumen dari Richard Clayderman yang berjudul "Le Bonheur D'Aimer" . Kau mengajak ku berdansa saat itu sampai sampai gelas yang berisi jus lemon kau tendang. Berantakan sudah pesta dansa kita ! Tapi itu berkesan sayang, sampai kau abadikan moment itu di tembok dekat televisi itu. "

" Aku masih ingin berbincang denganmu sayang ! Tapi aku terlalu lelah dan aku tahu kau juga begitu. Padahal kau disana berdiri berjam - jam menanti diri ini.  Terima kasih ya ! Kalau aku berhasil, aku janji kita akan berjalan di taman yang penuh dengan butiran debu berwarna putih dengan ranting pohon yang berserakan disana. Tapi jika tidak, selalu ingat pesanku sayang ! Jangan nakal ! Karena aku tahu ketika aku tidak berhasil tidak ada yang bawel seperti aku ! Awas ya , Jangan Nakal !

Dengan cinta - Fiyan "

Tak terasa pesannya selesai kubaca, begitu juga dengan teh nya yang mulai surut. Aku perlahan menggeserkan laptop dari pangkuan ke meja yang ada asbak berbentuk kura kura. Aku memandang kosong ke arah dimana bayangan matahari mulai turun dan menghilang. Seperti bayangnya yang menghilang karena Leukimia yang menyerang dan membuatnya berhenti melihat deru ombak. Dan ingin rasanya membuat hari itu terulang lagi. Hari dimana aku meninggalkan jejak di pasir putih dengan tangan yang digandeng mesra. Hari dimana ia pertama kali mengucapkan " Awas, kamu jangan Nakal ! "

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun