Mohon tunggu...
Handry TM
Handry TM Mohon Tunggu... -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Roti yang "Kehilangan Surga"

12 Desember 2016   23:09 Diperbarui: 12 Desember 2016   23:37 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://tangerinedrawings.com

Apa dosa sepotong roti yang tak memiliki moral keberpihakan, kecuali dimainkan oleh orang-orang yang berkepentingan? Andai saja, semua benda bisa bicara dan memiliki “cahaya keyakinan,” akan kemanakah barang-barang itu kelak? Menuju ke surga atau justru di nerakakah?

Pertanyaan semacam tiba-tiba muncul, lantaran kita begitu setia membaca media. Di televisi, media sosial, koran-koran  dan juga majalah, semakin asyik memunculkan berita yang tidak substansial. Viral-viral negatif yang beredar di media sosial, tidak lepas dari rasa “riang gembira” –nya masyarakat yang sedang memainkan mesin online murah ini. Dalam sebuah perbincangan warung kopi, anak muda yang paham dunia virtual bisa menjelaskan sambil terkekeh-kekeh terhadap permasalahan tersebut.  Bahwa isu besar di sebuah kawasan, sungguh sangat bisa dibangun oleh para ahli yang paham teknologi.

Secara iseng, orang berduit pun ikut campur di dalamnya, dengan memesan tema gosip besar yang diingininya. Jika tidak menjaga jarak terhadap persoalan, kita bisa puyeng. Seolah-olah dunia sedang lintang-pukang dan kita berada di dalamnya. Kelak, orang sudah tidak perlu lagi mempertanyakan etika jurnalistik dan kebenaran. Yang dibutuhkan adalah informasi terkini, pembaca akan langsung memfilter sendiri,

Tentang nasib roti yang sedang “menistakan diri” tadi, kita akan kembali ke moral pasar. Ia bisa bertahan, dengan kembali ke baris tengah, tanpa ke kiri ataupun ke kanan. Secara profesional, sepotong roti harus memperbaiki diri sesuai kithah-nya. Yakni menjadi makanan siap saji yang mengenyangkan dan mmenuhi gizi. Ia tidak perlu lagi mempermasalahkan apakah harus menjadi santapan orang mulia atau masyarakat biasa.

Kita sering keliru menafsir camilan yang ditawarkan. rasanya tidak dipentingkan, pesan pembuatnya yang kita beli. Misalnya, makanan produk Yahudi, kebanyakan masyarakat Asia cepat-cepat menghindari.  Demikianlah, kita tidak mungkin memaksakan masyarakat netral sama sekali. Ideologi memberi banyak giringan apakah kita memilih cerdas atau sebaliknya. Maka, marilah berdoa, agar surga di atas sana menjadi harapan kita bersama. Termasuk sepotong roti yang sedang galau dengan situasi yang tidak menguntungkannya.

Penulis adalah pengelola Ezzpro Media

Quotes:  

Apa dosa sepotong roti yang tidak memiliki moral keberpihakan, kecuali dimainkan oleh orang-orang yang berkepentingan? Andai saja, semua benda itu bisa bicara dan memiliki “cahaya keyakinan …”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun