Mohon tunggu...
Handry TM
Handry TM Mohon Tunggu... -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Waktu dan “Jam Tangan”

8 Oktober 2016   13:12 Diperbarui: 8 Oktober 2016   13:39 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1908, ia bersama Alfred Davis mem-branding kata-kata Sepanyol, “Horlogerie Exquise,” disingkat menjadi Rolex. Perang Dunia I kelak berlangsung hingga tahun 1918, tidak menyurutkan orang-orang kaya pamer kekayaan. Salah satunya caranya, mengenakan jam tangan produksi Swiss itu. Dalam pergaulan jetset, para aristokrat dan para pelaku konglomerasi bisnis dunia mempertunjukkan bahwa jam tangan yang dikenakannya adalah arti sebuah keputusan. “Mana ada, sebuah prabrik mampu memroduksi 2000 jam tangannya dalam sehari? Mana ada perusahaan jam yang berhasil meraih keuntungan $ 4 miliar AS pertahun sejak limabelas tahun yang lalu?” kata pemakai.

Seorang pria pemakai jam tangan merk tersebut, seolah-olah merasa dirinya sedang menunjukkan “kelelakiannya.” Memakai jam tangan yang akan menandai berputarnya sang waktu, menjadi bersifat sangat genital. Hal ini searus kajian ilmu psikologi yang mencermati perempuan berlisptik merah tebal di bibirnya. Hal tersebut semata-mata perempuan tersebut ingin menunjukkan besarnya alat genital yang dipunyai. Transer genital menjadi sesuatu yang tak terelakkan bagi pemakai benda-benda berharga.

Atas reputasi penjualan dan pencitraannya yang menakjubkan, Majalah Bloomberg Businessweekmenaikkan ranking Rolex dari 100 Merk Terfavorit menjadi ranking ke 71di pasar global. Kurang cukup apakah sehingga Hans Wilsdorf merasa masih ada yang kurang dari maha karyanya? Pada tahun 1944 ia menghadapi kehidupan yang traumatis sekali, ketika sang istri meninggal dunia. Sejak itu, ia melepas semua kepemilikan saham di Rolex dan mendirikan Hans Wilsdorf Foundation yang bergerak di bidang amal kemanusiaan. Seluruh haknya di perusahaan itu dikelolakan ke yayasan untuk membiayai perbaikan harkat hidup manusia yang membutuhkan.

Akhirnya sang pembuat “alat penanda waktu” terpatahkan oleh waktu itu sendiri. Periodisasi kehidupannya, terutama ketika hidup berbahagia bersama sang istri, terputus sudah oleh periode dimana ia tidak lagi berdua bersama pasangannya.

Penyair Inggris yang hidup di abad delapan belas itu pun sangat penting masih meneriakkan, “Eternity: a moment standing still for ever.”

Waktu tidak pernah berdusta, sekalipun jam tangan mampu menelusupkan kebohongannya. Waktu tidak ambil peduli, sekalipun jam tangan kau putar sesuai yang kau ingini. Waktu tidak akan mengambil posisi saat kapan kau berdusta terhadap kekasih, meski jam tangan rela menjadi alasan, tidak menepati janji karena jarum jam tangan terlambat berputar karena karat.

Waktu adalah uang, komitmen dan juga kesialan. Yang dituduhkan itu, sebenarnya tidak ada hubungannya dengan proses berjalannya sang waktu. Jam tangan telah membayar mahal kedustaan yang memakainya. Jam tangan boleh dibanting, dijual bahkan dikaramkan di sungai. Waktu tetap beredar seuntai gugusan planet-planet yang telah diperintahkan Tuhan. Mulai sekarang kita telah dapat membedakan, mana waktu dan mana jam tangan.

           

Penulis adalah pengelola Ezzpro Media
Dimuat di Harian Wawasan tanggal 8 Oktober 2016.

Quotes :

“Masyarakat tidak boleh membenci waktu, karena ia sungguh menandai di mana kini keberadaanmu….”Hans Wilsdorf (Pendiri Rolex)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun