Mohon tunggu...
Handry TM
Handry TM Mohon Tunggu... -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

tiba-tiba badai

13 April 2011   13:18 Diperbarui: 6 Juli 2015   10:11 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sebatang pohon mangga, merasa tua dan hendak menemui ajalnya. tapi di
belakang rumah ibu, anak-anak dengan riang mengerat kulit kayu. – “jika
ku perih, anak - anak pasti bermimpi seakan sedih.” merasa hampir
tiada, pohon itu pun menangis lirih. mengharap sungai hutan
menghanyutinya hingga ke ujung malam.

 

tiba-tiba badai, angin dan hujan menderai –
pohon tua pun tumbang ke tanah, luka kulitnya memerah
tapi tuhan bernyanyi, malam pun sunyi. entah angin atau siapa menidurkannya.

merasa
tua dan hendak menemui ajalnya, “jemput aku, tuhan, tak kuingin
malaikat, jangan bikin upacara terlalu cepat,” kata si pohon tua.
akankah kau terka, bahwa tuhan mengabulkannya?

 

                                                                                   
              Semarang, 1 Feb 2011, tengah malam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun