Bus tujuan Jakarta itu pun akhirnya melaju pelan keluar terminal. Maria pun sudah hampir sampai. Tetapi peluang mereka bertemu sangatlah kecil. Mobil yang ditumpangi Hans sudah keluar dari gerbang terminal. Sedangkan Maria baru tiba di gerbang tersebut. Maria begitu terkejut menatap bus yang bertuliskan tujuan Jakarta. Maria curiga bus tersebutlah mobil yang ditumpangi oleh kekasihnya itu.
Benar saja dugaan Maria. Maria melihat Hans dari jendela mobil tersebut. Bus tersebut mulai melintas cepat ke arah Maria. Tanpa memperdulikan orang disekitar, Maria berteriak lantang memanggil-manggil nama Hans. Namun sayang Hans tidak menyadari hal tersebut. Dan bus itu pun melintas tepat dihadapan Maria tanpa permisi.
Kepanikan melanda Maria. Tanpa pikir panjang Maria langsung berbalik arah dan mulai mengejar bus tersebut. Pikirannya kini hanya ingin dapat bertemu Hans. Dengan kecepatan yang luar biasa Maria mampu menyusul bus tersebut. Maria berteriak kepada supir agar dan memintanya berhenti sebentar. Sayangnya sang supir begitu acuh pada Maria. Mungkin Maria sudah kepalang tanggung. Dengan nekat Maria menambah kecepatan motornya dan mendahului bus tersebut.
Dengan keberanian luar biasa Maria memberhentikan motornya di tengah-tengah lintasan. Maria turun dan merentangkan tangannya. Alhasil bus tersebut berhenti nyaris tiga meter dihadapan Maria. Rem mendadak yang begitu mengagetkan membuat penumpang panik dan ingin mengetahui penyebabnya. Tidak terkecuali dengan Hans yang juga ikut tersentak.
Sambil mengintip-ngintip dari tempat duduknya. Penglihatan Hans mendapati sosok perempuan tengah berdiri sambil merentangkan kedua tangannya. Wajahnya tampak terkejut saat melihat bahwa sosok itu adalah kekasihnya sendiri. Mendadak Hans turun dan menghampiri Maria.
“Apa yang ade lakukan di sini?” “Ada yang mau aku kasih sama abang. Ini ulos untuk abang, aku buat sendiri. “terimakasih ya de. Tadinya abang pikir tak akan jumpa dengan ade. Terimakasih ya untuk semuanya.” Ujar Hans. Maria hanya mengangguk saja.
Hans yang tiada memikirkan sekitar langsung memeluk erat tubuh Maria. Seluruh yang memandang ikut terpukau dengan kejadian tersebut. “Abang janji pasti kembali untuk ade” kembali Hans menegaskan. “Abang disana jangan malas belajar ya, jangan lupa ibadah, jangan lupa makan dan olah raga. Jangan lupa juga sama ade, karena ade pasti menanti abang datang. Kalau abang sayang pasti abang cepat pulang kan?” “tentu, jika abang sudah mendapat gelar sarjana pasti abang akan langsung kembali.”
Dengan penuh kemesraan mereka berdua kembali berpelukan. Derai tangis turut membuat haru siapa saja yang memandang. Perpisahan memang tetap terjadi. Akan tetapi perpisahan ini akan menjadi sebuah kekuatan besar untuk sanggup menanti. Esok hari tanpa sang pujaan hati kehidupan akan tetap dijalani. Sebuah awal langkah yang baru pun segera dimulai.
Kemudian menyisakan tanya dalam sanubari. Adakah kesetiaan itu? Dalam benak Maria tentu hal tersebut ada. Kalau memang sayang pastilah Hans akan lekas pulang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI