Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sully, Film yang Wajib Ditonton Keluarga

17 September 2016   15:41 Diperbarui: 17 September 2016   16:14 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya ada sedikit waktu luang di Makassar dan bersiap untuk terbang kembali ke Jakarta esok hari. Laksana sebuah "hutang" keoada diri sendiri karena tepat seminggu yang lalu kami sekeluarga menonton film ini di Jakarta. Banyak yang ingin dibagi namun belum sempat menuliskannya hingga akhirnya di Makassar saat ini di seberang pantai Losari catatan ini dapat dilunasi.

6 September 2016, suami saya megirimkan link film Sully dan mengajak menonton Sully. Gembira luar biasa. Bagi saya pun langsung menuliskan status pada tanggal 6 Septemtaber 2016 itu...

There's simply no substitute for experience in terms of aviation safety. (Chesley Sullenberger)

In 2009, I never had an engine failure in 42 years in any flight I’d ever flown, But I was ready. ( (Chesley Sullenberger)

- - satu hal yang kerap saya harapkan dari seluruh penumpang pesawat adalah memperhatikan dengan sungguh-sungguh saat pramugari/a menyampaikan prosedur penerbangan. Karena tak peduli seberapa sering kita terbang, satu hal yang diharapkan dari penumpang adalah penumpang siap tatkala kondisi darurat itu terjadi untuk meminimalisir jatuhnya korban - -

Bahagia itu sederhana, ketika suami ngajak nonton #Sully .. Captain Chesley "Sully" Sullenberger adalah salah satu pilot legenda selain Pilot Abdul Rozaq (Garuda) yang menjadi salah satu dari sekian sosok yang patut diambil hikmah dari pengalaman-pengalamannya.

September 6 at 2:54pm · Jakarta · 

Film SULLY bagi kami, wajib ditonton keluarga. Karenanya kami akhirnya sepakat menunda menonton pada premier SUlly tanggal 9 September menjadi 10 September agar dapat menonton bersama ketiga putri kami. Ada banyak alasan mengapa kami mengajak serta ketiga putri kami yaitu kelas 1 SMA, kelas V SD dan kelas VI SD, diantaranya adalah kami sering berpergian dengan pesawat. Kedua, kami berdua kerap bertugas dan kita tidak pernah tahu apa yang terjadi, sedikit banyak memberikan gambaran yang nyata tentang apa yang harus dilakukan saat peristiwa darurat terjadi. Ketiga, tentu sebagai pengemar penerbangan saya berharap film ini menjadi pengobat kekecewaan akan film sebelumnya The FLIGHT karena jaminan terlibatnya captain Chesley "Sully" Sullenberg dan Clint Eastwood dalam film Miracle of Hudson dalam film tersebut. 

Nonton bareng keluarga film SULLY Tumben, selama film putri ketiga saya sama sekali tidak meminta keluar dari bioskop untuk keperluan lain-lain seperti yang biasa dia lakukan selama nonton film lainnya. Meski diawal saya sudah beri penjelasan, kemungkinan terbesar setting film adalah tentang "pengadilan" yang dilakukan NTSB (National Transportation Safety Board) atau kalau di Indonesia disebut Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT). Luar biasanya putri ke-2 saya berteriak,"Mama! Aku bahagia banget nonton film ini!". Ya, puteri ke-2 saya bahkan baru bangun setelah Captain Sully yang sebenarnya keluar. Sekedar catatan, kami sengaja memilih waktu usai sholat maghrib agar tidak menganggu kewajiban sholat 5 waktu kami. 

Pulang nonton, seperti biasa, kami mendiskusikan berbagai hal terkait fillm tersebut misalnya harus tenang dan merunduk saat pendaratan darurat, segera mengambil pelampung serta apa yang seharusnya dilakukan diantara sesama penumpang. Menariknya adalah saat putri pertama kami sempat berkomentar tentang sikap istri Captain Sully yang justu menanyakan tentang belum adanya penyewa property yang dimiliki keluarga Sully sementara tagihan bank atas property mereka terus menerus ke rumah. 

"Kakak cerdas, ini adalah nilai plus yang tidak Mama sangka dapat dari film ini. Itulah pelajaran bagi seorang istri, jangan hanya menurutkan sifat sebagai wanita yang cenderung berkeluh kesah dan suka curhat ke suami, Kita harus melihat dan berempati pada apa yang baru saja dialami suami. Kakak lihat sendiri bagaimana captain Sully terus menerus dihantui mimpi buruk. Ingat di kokpit suara yang biasa kita dengar saat terbang jauh lebih keras, benturan juga jauh lebih keras. Lebih dari itu, pilot benar-benar melihat maut di depan mata lebih dulu dari penumpang dan dia harus tetap tenang untuk dapat memutuskan keputusan terbaik dalam waktu sekian detik. Kalau di film itu hanya 35 detik," ungkap saya, Jawaban itu menurut saya wajib mengingat puteri saya sudah kelas 1 SMA.

Berbeda dengan kakaknya yang lebih melihat bagaimana sikap istri captain Sully, puteri ke-2 saya melihat tentang bagaimana NTSB mencecar captain Sully. Kami pun mendiskusikan tentang berbagai kemungkinan yang disajikan dalam film tersebut, skenario pertama return to base atau kembali ke bandara asal La Guardia, atau mendarat darurat ke bandara terdekat, Teterboro. Putri ke-2 saya memang terbiasa detail melihat teknis mengapa akhirnya simulasi yang awal ditampilkan berbeda dengan simulasi yang ditampilkan berikutnya. "karena simulasi awal sudah 17 kali ya Ma, makanya berhasil," komennya. "Nah itu tau jawabannya mengapa, nah sementara yang dialami captain Sully ya yang pertama kali terjadi, semula hitungannya 80 detik tapi ketika dilihat secara teliti permenitnya adalah 35 detik saat memutuskan skenario pendaratan darurat yang terbaik," terang saya. "Tapi kok sempat-sempatnya ambil buku segala ya Ma, kan bahaya, " cetus puteri ke-3 saya. "Oh itu Pilot Flight Log, penting sekali untuk pilot karena berbagai training dan data penerbangan yang dilakukan semua ada disana. Captain Sully pasti sudah paham apa yang akan dihadapi berikutnya ya disidang. Tapi yang terpenting meyelamatkan penumpang adalah yang pertama yang harus dilakukan.Lihat sendiri kan bagaimana captain Sully berulang kali memastikan tidak ada penumpang yang terjebak baru kembali ke kokpit mengambil logbook," terang saya.

Kembali lagi puteri pertama saya menyoroti "adegan romantis" - begitu istilah dia - antara istri dengan captain Sully. "Hebat ya Ma, malah nenangin istri padahal dia sendiri yang mengalami lebih ngeri. baru terakhir-terakhir istrinya sendiri sadar bahwa dia egois, kok ga mikir suaminya bisa jadi korban. Kalau orang lain yang udah-udah istrinya bisa didamprat habis tuh ma," cetusnya. Saya tertawa dalam hati. Jadi gemes dengar komentar si bocah. "Kamu itu.. kakak-kakak..emang sih bener juga omongan kakak. Tapi itulah kepemimpinan seorang suami Kak.. keren ya Kak.. nah kalau orang yang karakternya ga baik seperti kakak bilang tadi..bisa jadi istrinya diomel-omelin habis-habisan jadi berantem unjung-ujungnya. Itu kali ya penyebab mengapa Allah memberikan pertolongan kepada suami dan ayah yang baik. Kakak lihat sendiri kan bagaimana captain Sully lebih sering menanyakan kabar istrinya dan dua putrinya. Ingat Kak, selalu ada pertolongan Allah untuk pemimpin  yang baik Sama seperti kasus Captain Abdul Rozaq di Bengawan Solo sebelumnya, malah di rumah ada anak yatimnya juga, "terang saya. 

Begitulah akhirnya kami terlibat pembicaraan tentang film itu panjang lebar. Kedua peristiwa pendaratan darurat itu (captain Abdul Rozaq dan captain Sully) istimewa sekali bagi saya pengemar penerbangan. Istimewa karena saya sadar keputusan persekian detik dengan ketenangan dan kecermatan perhitungan yang luar biasa itu adalah salah satu faktor penegas bahwa kedua pilot itu luar biasa. Meski ketika kami sekeluarga menonton, jadilah saya diledek habis-habisan karena tanggal kejadian pendaratan darurat itu terjadi pada saat ulang tahun saya  15 Januari 2009. Sekedar catatan Kapten Abdul Rozaq dengan pesawat Boeing 737-300 milik  Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 421 mendarat darurat di sungai Bengawan Solo terjadi  pada tanggal yang nyaris sama tujuh tahun sebelumnya 16 Januari 2002. Pendaratan darurat di sungai tersebut merupakan satu keputusan yang luar biasa karena persekian detik dan dilaksanakan dengan penuh kecermatan. Karenanya saya sampai meminta captain Abdul Rozaq untuk menandatangani buku Miracle Of Flight yang mengkisahkan tentang pendaratan darurat di Bengawan Solo.

Foto Miracle of Flight

Buku Miracle of Flight yang ditandatangani Captain Abdul Rozaq
Buku Miracle of Flight yang ditandatangani Captain Abdul Rozaq
Kisah pendaratan di Bengawan Solo ini pun tak kalah dramatis. 16 Januari 2002..15 menit sebelum jadwal pendaratan..di ketinggian 23.000 kaki kedua mesin pesawat Boeing 737-300 dengan nomor flight GA 421 rute pelabuhan udara Selaparang, Lombok menuju pelabuhan udara Adi Sucipto, Yogyakarta mendadak mati. Sesuai prosedur, Captain Abdul Rozaq segera menghidupkan generator untuk menghidupkan kembali mesin yang mati itu. Namun, yang terjadi justru electricity power rusak. Artinya, mesin dalam keadaan mati semua. "Astaghfirullah Capt, dua mesin mati semua. Apa yang harus dilakukan?" kata Copilot Haryadi Gunawan khawatir. Captain Abdul Rozaq segera melakukan wind mailing, memutar kembali propeller mesin dengan dorongan udara. Kira-kira seperti mendorong mobil mogok dengan meluncurkan pesawat ke bawah. Namun tak berhasil dan pesawat terus turun dari 23.000 kaki hingga ke 8000 kaki. “Mayday…mayday!” Copilot Haryadi Gunawan berusaha menyampaikan pesan kondisi darurat. "Percuma karena semua peralatan mati. Radio juga mati" kata Captain Abdul Rozaq. Pesawat masih di tengah awan cumulo saat itu. 

”Prepare emergency. Mesin dua-duanya mati. Tolong siapkan di belakang!” teriak captain Abdul Rozaq kembali berteriak lagi yang lebih keras sambil terus mengemudikan pesawat secara manual. ”Prepare emergency, please for impact.," teriak Captain Abdul Rozaq lebih keras karena semua mesin mati membuat cockpit tidak dapat berkomunikasi mengunakan perangkat elektronik yang tersedia. Sedangkan first officer Haryadi Gunawan langsung menggedor pintu kabin. Dan akhirnya, dari belakang pun terdengar teriakan, ”Ready.”

"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar...." berulang kali Captain Abdul Rozaq terus menerus melafalkan kalimatullah itu ditengah kondisi darurat itu tanpa henti. Pesawat tiba-tiba keluar dari awan sehingga kedua pilot dapat melihat kondisi di bawah. Copilot Haryadi Gunawan mengusulkan mendarat di sawah. Namun Captain Abdul Rozaq berpendapat mendarat di sungai lebih kecil resikonya karena jika di sawah badan pesawat akan bergesekan lebih keras.

Pesawat terus meluncur turun. Ternyata terlihat ada jembatan melintang. Pesawat dibelokkan lebih dulu agar dapat melewati jembatan. Berhasil melewati jembatan, pesawat terus meluncur dan tepat di depannya menghadang lagi jembatan beton kedua, yang siap melumat pesawat apabila menabraknya. Namun tanpa disangka, sebelum sampai jembatan, tiba-tiba pesawat itu menabrak batu hingga bagian belakangnya sobek, dan membuat pesawat mendadak berbelok ke kanan, ke tempat yang lebih dangkal, dan tidak menabrak jembatan. 

Pada saat itulah, salah seorang pramugari tersedot keluar dan meninggal akibat lubang oleh batu besar tadi Teriring doa untuk almarhumah Santi Anggraeni . Pesawat akhirnya berhenti dengan selamat di sisi kanan sungai pada tempat yang dangkal. Padahal, di sekitarnya kedalaman air sekitar ±10 meter. Subhanallah..di dekat sungai tempat mendarat daruratnya GA 421 tersebut terdapat sebuah rumah kosong dan sebuah mobil sehingga para penumpang bisa segera dievakuasi, Luar biasanya lagi diantara barang penumpang tidak ada satu pun yang hilang karena penduduk sekitar di desa Serenan dengan sigap mengevakuasi semua penumpang berikut barang bawaannya.

Banyak ibrah yang dapat diambil dari kisah pendaratan darurat GA 421 tersebut, Bersandar kepada pertolongan Allah, yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dengan kondisi kedua mesin mati dan dalam kepungan awan cumulo serta jembatan besi yang melintang, pertolongannya jua yang menyelamatkan. Ibrah lainnya, perlu diketahui, Captain Abdul Rozaq dan keluarga mengadopsi seorang bayi dari anak tukang kayu satu setengah tahun sebelum peristiwa itu terjadi. Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Artinya : “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya."

Kembali ke film Miracle of Hudson.. "This is the Captain. Brace for impact".. US Airways nomor penerbangan 1549 telah mengingatkan kita kembali tentang bagaimana belajar bertanggungjawab selaku pemimpin dari seorang pilot. Bagi saya sendiri adegan menarik ketika Captain Sully berulang kali bertanya pada dirinya hingga akhirnya bertanya kepada Jeff  - bagaimana jika memang keputusannya melakukan pendaratan darurat di sungai Hudson salah?  Hikmah yang dapat dipetik dari adegan yang nyata itu adalah seorang pemimpin yang bertanggungjawab pasti akan selalu "flash back" berbagai keputusan yang diambilnya dan dianalisa kembali berulang kali untuk memastikan bahwa keputusan yang diambilnya adalah yang paling tepat. Bahkan pemimpin itu tiada malu untuk memikirkan kemungkinan apakah tindakannya salah sekalipun mayoritas orang membemarkan keputusannya dan hanya segelintir orang yang mempertanyakan ketepatan keputusannya. Itulah sebagian hikmah kepemimpinan yang saya ambil dari Captain sully. Selain itu fil ini juga mengingatkan saya akan ajaran yang disampaikan seorang pilot, bagi seorang pilot nyawa 1 penumpang sama dengan nyawa 4 orang karena bisa jadi penumpang tersebut adalah sang pencari nafkah bagi keluarga. 

Film Miracle of Hudson juga mengingatkan bagi kita yang kerap berpergian dengan moda pesawat terbang untuk tidak meremehkan penjelasan saat kondisi darurat yang diberikan pramugari.Penumpang biasanya tidak mendengarkan ulang karena sudah merasa sudah paham. Film ini mengambarkan dengan baik ketika pesawat terus kehilangan ketinggian dan penumpang pun panik hingga akhirnya mendengar satu kalimat yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan didengar,"This is Captain.Brace for impact.." dan kemudian kepala pun ditundukkan.. Bend over. Heads down. Stay down.....Bend over. Heads down. Stay down.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun