Belajar membatik di Jakarta. Pernahkah terbayangkan sebelumnya? Bagi saya sendiri tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Untungnya kedua puteri saya memberikan keterangan tentang belajar membatik di Museum Tekstil yang tidak jauh dari rumah kami. Jika berkendara dari Palmerah ke Museum Tekstil yang terletak Jl. KS.Tubun cukup memerlukan waktu sekitar 15 sampai 20 menit jika kondisi jalan lancar.
[caption caption="MUseum Tekstil Jakarta"][/caption]Sesampainya di gerbang utama kami disambut seorang petugas yang sangat ramah dan mengantarkan kami ke tempat pembelian  tiketnya yang berada dibawah tenda. Tiketnya cukup murah yaitu untuk anak-anak Rp.2000,- dan untuk dewasa Rp.5.000,- Namun diluar kedua tiket tersebut ada harga tiket per-group yaitu Rp.1.500,- untuk pelajar, Rp.2.250,- untuk mahasiswa dan untuk dewasa Rp.3.250,-
Putri-putri kami cukup antusias melihat koleksi wastra atau kain museum tekstil. "Kirain yang dipamerkan dari berbagai macam daerah di Indonesia Ma," cetus salah seorang puteri saya. "Seharusnya dipamerkan juga semua motif batik di Indonesia ya Ma," cetus bocah SD itu. Saya memang kerap membawa pulang beberapa kain batik dari berbagai daerah sepulang terbang dari daerah tersebut. Saya pun menjelaskan bahwa museum tekstil ini memamerkan wastra atau kain secara berkala dan tematik. Saat kami berkunjung temanya dari koleksi yang dipamerkan adalah yang bermotif lurik.
[caption caption="koleksi museum tekstil"]
Lepas melihat koleksi, kami melepas lelah sejenak di taman sederhana yang ada di kompleks museum Tekstil. Bangunan MUseum Tekstil menarik dan nyaman. Rasanya seperti berada di rumah tinggal yang jauh dari keramaian Jakarta. Di museum tekstil juga ada kantinnya. Karena panas jadinya kami membeli ice cream dengan merk yang cukup dikenal jadi tidak perlu was-was. Harganya Rp.5.000,- persatuannya. Saat kami berkunjung beruntung (?) karena cukup sepi atau sangat sepi pengunjung. Setelah cukup lama bermain dan masuk waktu dhuhur kami pun sholat berjamaah di mushola yang cukup nyaman. Toilet yang ada di mushola juga bersih.
[caption caption="museum tekstil"]
Kedua putri kami asik memperhatikan. Beberapa saat kemudian ada rombongan keluarga lainnya. Rombongan itu menyapa saya dan bertanya,"Mbak belajar membatiknya mendaftarnya dimana ya?" Akhirnya saya bertanya-tanya juga dan Alhamdulillah ada mas-mas yang masuk dan ternyata dia adalah petugasnya. Jadilah kedua putri kami ikut belajar membatik. Sayangnya waktu di pintu masuk tidak diberikan penjelasan. Padahal menurut kami belajar membatik adalah salah satu daya tarik Museum Tekstil.Â
Biayanya untuk turis lokal Rp.40.000 untuk sapu tangan sedang turis manca negara Rp. 75.000. Waktu kami belajar membatik ada turis dari Korea Selatan yang belajar membatik. Sebelumnya saya pikir itu adalah petugasnya karena si Mbak sibuk merapikan celamek plastik yang dikenakan untuk melindungi pakaian kita. Ternyata turis sebelumnya main taruh saja celemek mereka sehingga turis tersebut membantu merapikan. Sebuah catatan yang harus kita ingat agar langsung merapikan saat sudah selesai memakai celemek.Â
Oya, saya bertemu kembali dengan turis itu waktu saya belanja beberapa souvenir di tokonya. Tempat pinsil bertuliskan Museum Tekstil dari gerabah seharga Rp.15.000 dan canting Rp.5.000 menjadi pilihan saya. Murah meriah. Sedang untuk membeli kain batik  juga ada jika kita menginginkannya.
Belajar membatik gampang-gampang susah. Setelah mengambar di kain barulah kemudian membatik. Jangan khawatir bagi yang kurang pandai mengambar karena tersedia berbagai motif gambar yang bisa dijiplak. Jangan khawatir pula bagi yang belum pernah membatik karena ada petugas yang menjelaskan dengan detail cara membatiknya. Saya sempat mencoba dan ternyata saya kalah jeli dan telaten dengan puteri ke-3 saya. Puteri ke-2 saya bahkan sempat terkena lilin cair karena ada pengunjung kecil yang berlari-lari sehingga membuat terkejut puteri ke-2 saya dan tumpahlah lilin cair dari canting dan terkena jari tengahnya. Puri ke-2 saya sempat menangis karena panasnya lilin cair itu. Untungnya tersedia salep bioplacenton dan segera putri ke-2 saya melanjutkan kembali aktifitasnya membatik.
[caption caption="belajar membatik"]