Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mempelajari Kehidupan Rumah Tangga *Mengadopsi Ilmu Dunia Penerbangan#

14 November 2012   03:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:25 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak hal yang dapat dipelajari dan diterapkan dalam dunia penerbangan dalam mempelajari kehidupan rumah tangga. Salah satunya menghadapi Badai kehidupan dalam rumah tangga, mengadopsi ilmu dalam dunia penerbangan. Mengapa harus dunia penerbangan ? Sebab dalam dunia penerbangan selalu mengutamakan keselamatan. Safety first dengan serangkaian regulasi yang begitu ketat.

Badai dahsyat akan selalu memiliki kekuatan untuk menghempaskan dan membuat seseorang berada dalam pusarannya berputus asa, namun mengadop dari cara terbang pesawat (:yang tentunya cara terbang pesawat mengadopsi dari cara terbang burung) maka kita harus terbang menentang arah angin yang ada dalam badai tersebut.

Belajar dari kasus Air France nomor penerbangan 447, dalam memilih pasangan hidup, kita harus sungguh-sungguh selektif. Pahami dengan benar pesawat seperti apa yang akan kita terbangkan. Salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang adalah human error. Karena itu jangan sampai kita permisif dan menerima pasangan yang tidak sesuai sebagaimana terjadi dalam kasus Air France 447Pierre-Cedric Bonin, pilot yang memegang kendali pada saat terjadinya kecelakaan, ternyata baru mengumpulkan sekitar 800 jam terbang dengan A330, dan belum memenuhi ketentuan Air France untuk menjadi kopilot A330.

Karena itu, sama halnya seperti penerbangkan pesawat yang harus didahului dengan menganalisis kondisi cuaca dengan baik dan menyiapkan rute alternatif jika ada badai, serta laporan cuaca;sebelum menjalani kehidupan rumah tangga pahami dengan sungguh kondisi cuaca dengan baik dalam artian pahami keluarga dimana kita akan menghabiskan sisa waktu hidup kita dan seperti apa kehidupan yang akan kita jalani dengan pasangan hidup kita kelak.

Sama halnya seperti sistem pesawat, bangun diri kita menjadi sebuah sistem yang selalu memiliki "back up" yang tidak hanya satu alias pahami diri dengan mendalam dan ketahui dengan baik bagaimana cara cepat untuk memunculkan energicadangan. Pada saat badai menghantam segera aktifkan sistem cadangan tersebut. Contoh : saya dalam kondisi darurat dan badai menghantam, saya memilih terbang. Tentu masing-masing orang memiliki cara berbeda-beda untuk membangkitkan energi cadangannya.

Latih dan tempa diri kita laksa sehingga laksana sebuah pesawat komersial, kita akan memiliki sistem peringatan (GWS) sehingga setiap perkataan dan perbuatan kita dalam diri akan muncul peringatan, sistem penghindar (TCAS) sehingga kita dapat secara otomatis menghindar dari terjadinya tabrakan dengan pesawat lain, serta lengkapi diri dengan radar. Bagaimana caranya ? Sama halnya seperti pesawat komersial maintenance.. maintenance diri adalah hal utama. Seperti halnya juga pesawat komersial, meski sudah dilengkapi dengan berbagai instrumen yang dapat memungkinkan terbang menembus badai, namun hal pertama yang harus kita lakukan adalah menghindari badai.

Jangan lupa bekali diri dengan bahan bakar yang cukup agar kita selalu siap ketika harus menempuh jalur alternatif guna menghindari badai atau ketika kita terpaksa harus terbang menembus badai. Darimana bahan bakar itu ? isi selalu diri kita dengan bacaan-bacaan yang meningkatkan keimanan serta melakukan serangkaian aktivitas yang selalu ditujukan sebagai ibadah.

Masih ingat dengan Garuda nomor penerbangan 421 dari Lombok menuju Yogyakarta dengan pilot Captain Abdul Rozak dan co-pilot Heriyadi ? Pesawat Garuda itu mengalami gagal mesin di ketinggian 20.000 kaki akibat badai. Namun dengan ketenangan dan kejernihan berpikir kedua pilot yang saling berdiskusi dan menentukan pilihan, ke-54 penumpang selamat. Karena itu pilihlah seorang pilot dan co-pilot yang bertanggungjawab dan selalu memprioritaskan keselamatan penumpang dalam setiap pemikiran, keputusan dan tindakannya. “Saya tidak bisa meninggalkan pesawat karena saya khawatir tentang apakah ada korban ditinggalkan dalam pesawat tersebut. Aku tinggal di dalam sampai tim penyelamat membawa saya keluar. " Penjelasan captain Abdul Rozak atas tindakannya yang tetap tinggal di board hingga tim penyelamat datang membuat saya meyakini bahwa sikap itu menunjukkan kesejatiannya sebagai seorang pilot.

Satu hal lagi, seperti halnya dalam penerbangan, cockpit adalah restricted area – artinya pilot dan co-pilot terkunci dan tidak bisa membuka dan mengijinkan siapapun masuk didalam ruang cockpit. Demikian pula dengan kehidupan berumahtangga, begitu ijab qabul , kita tidak boleh mengijinkan siapa pun masuk dalam ruang kendali rumah tangga. Hanya ada suami sebagai pilot dan istri sebagai co-pilot.... ^_~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun