Dahulu juga pada waktu bulan Ramadhan sirene yang sama dengan nada yang berbeda berfungsi bagi kaum Muslim dan Muslimat untuk penanda waktu bangun sahur dan juga penanda waktu untuk berbuka puasa.
Jam Gadang telah menjadi simbol yang sangat terkenal dan dianggap sebagai lambang kota Bukittinggi. Selain menjadi objek wisata yang populer, Jam Gadang juga sering digunakan sebagai latar belakang acara-acara budaya dan kegiatan masyarakat di Bukittinggi.
Benteng Fort De Kock
Masih di dalam kota Bukittinggi, wisatawan dapat mengunjungi Benteng Fort De Kock dan Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan. Kedua obyek wisata ini dihubungkan dengan jembatan fly over yang dinamakan Jembatan Limpapeh.
Benteng Fort de Kock adalah sebuah benteng bersejarah yang terletak di Bukittinggi.
Benteng ini memiliki nilai sejarah yang penting dan juga merupakan salah satu obyek wisata yang populer di kota Bukittinggi.
Konon sejarahnya Benteng Fort de Kock dibangun oleh Belanda pada tahun 1825 dan dinamai sesuai dengan nama seorang jenderal Belanda bernama Hendrik Merkus de Kock.
Tujuan Benteng ini dibangun untuk melindungi kepentingan kolonial Belanda di wilayah tersebut dan sebagai pusat administratif untuk mengendalikan perdagangan rempah-rempah dan mengawasi aktivitas lokal.
Adapun nilai sejarah yang penting yang dengan Benteng Fort De Kock karena dikaitkan dengan Perang Paderi di Sumatera Barat. Selama masa penjajahan Belanda, benteng ini menjadi pusat pemerintahan dan penting bagi kegiatan administratif dan militer Belanda di daerah tersebut.