In Memoriam Azwar Anas
oleh Handra Deddy Hasan
Pada hari Minggu tanggal 5 Maret 2023 hampir semua group WhatsApp yang berkaitan dengan Sumatera Barat dipenuhi dengan ucapan Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, karena telah berpulang Kerahmatullah Letjen TNI (Purn) Ir. H. AZWAR ANAS Dt. Rajo Suleman. Beliau tokoh masyarakat Minang Kabau yang pernah menjadi Gubernur Sumatera Barat dan menjadi Menteri pada era Presiden Soeharto, meninggal pada Hari Minggu, 5 Maret 2023, pukul 11.15 Wib, di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
Penulis sebenarnya tidak kenal dekat beliau, hanya ketika beliau menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat, penulis pada waktu itu sedang study di Universitas Andalas Padang sering melihat dan mendengar khotbah beliau di Masjid2. Beliau selain menjabat sebagai Gubernur juga sering menjadi Khatib memberikan khotbah di Masjid2.
Namun suatu ketika sekitar awal tahun 2020 penulis beruntung mempunyai interaksi yang intens beberapa hari secara pribadi dengan Pak Azwar Anas.
Kisahnya bermula ketika penulis sebagai Ketua Rangkiang Golf Club akan mengadakan turnamen golf yang bernuansa budaya untuk membangkitkan pariwisata di Sumatera Barat. Penulis mencoba menggabungkan olah raga, budaya, pariwisata dengan mengadakan Turnamen Golf dengan judul Mataram-Pagar Ruyuang Golf Turnamen dengan harapan pemain2 golf di pulau Jawa tertarik untuk mencoba lapangan golf yang ada di Sumatera Barat. Pada waktu itu lapangan Anai Golf & Mountain Resort Sumatera Barat masih ber fungsi.
Singkat kata agar ide turnamen bisa terwujud penulis harus punya akses ke tokoh minang yang dihormati, pegolf, sekaligus punya pergaulan luas sehingga bisa juga mendekati Pak Sultan Hamengkubuwono X. Pilihan jatuh ke Pak Azwar Anas yang pada waktu itu kebetulan beliau sudah purna tugas juga dari Menteri dan tentunya penulis pikir sangat available untuk tujuan penulis.
Penulis dikenalkan teman penulis Lilik Supardi yang kebetulan adalah salah satu anak angkat Pak Azwar Anas. Dari Liliklah penulis tahu bahwa beliau banyak sekali punya anak angkat yang dibiayai sekolah, kuliahnya sampai tamat, bahkan dicarikan tempat bekerja. Setelah bertemu dengan Pak Azwar Anas, beliau setuju dengan ide penulis untuk mengadakan Turnamen Golf Mataram-Pagar Ruyuang yang akan diadakan di Anai Golf & Mountain Resort Padang Pariaman. Kemudian kami terbang menuju Yogyakarta untuk menemui Sultan Yogya Hamengkubuwono X untuk membicarakan ide turnamen yang akan mengusung dua budaya.
Pada waktu mau berangkat ke Yogya di bandara Soekarno Hatta kami menunggu boarding di ruang tunggu biasa. Banyak masyarakat yang menyapa Pak Azwar Anas, salaman, bincang2, bahkan minta photo bersama, semua beliau layani dengan ramah, wajar tanpa dibuat2. Tidak lama kemudian tiba2 datang petugas tergopoh2, entah dapat informasi dari mana datang menghampiri Pak Azwar Anas dengan ramah setengah sungkan meminta beliau agar pindah ke ruang tunggu VIP bandara. Tapi beliau tetap menolak dengan sopan, walaupun petugas tersebut setengah memaksa.
Setiba di Yogya kami langsung dijamu oleh Sultan Hamengku Buwono main golf di Lapangan Merapi Golf & Mountain Resort yang terkenal dengan keindahan hutan alami dengan latar belakang Gunung Merapi.
Selain itu di kalangan pegolf, lapangan ini terkenal dengan julukan "jangan pernah percaya kepada mata sendiri". Walaupun kelihatan oleh mata lapangan mendaki atau menurun, bisa2 itu hanya tipuan, karena faktanya setiap kita memunggungi gunung, maka pasti menurun, sebaliknya kalau menghadap gunung pasti mendaki. Mendaki dan menurun sangat berguna bagi pegolf pada waktu mengeluarkan tenaga putting  (memasukkan bola ke lobang).
Kami (penulis, Pak Azwar Anas, Sultan Hamengkubuwono X dan Gubernur Jawa Tengah waktu itu Pak Bibit Waluyo) main golf satu pairing berempat. Penulis satu kereta (golf cart) dengan Pak Azwar, sedangkan Sultan dengan Pak Bibit. Ini adalah merupakan main golf yang sangat kikuk selama hidup penulis, karena penulis betul2 merasa jadi anak bawang diantara tokoh2 besar ini. Penulis banyak diam dan pasang wajah ramah senyum untuk menghilangkan grogi diantara mereka.
Seperti biasa pada waktu akan memulai permainan golf para pegolf akan melakukan pemanasan di tee box (tempat memukul pertama) sambil bincang2. Ketika itu Pak Bibit berdialog dengan Sultan menanyakan masalah rule. Ini bahasa isyarat pegolf untuk menyemangati diri dengan taruhan. Pak Bibit menyampaikan dengan bahasa isyarat apakah permainan kita ikut rule "Papa Tomi" atau "Proklamator" dan dijawab oleh Sultan Proklamator. Pak Azwar  dan penulis diam saja, karena pertanyaan itu tidak ditujukan kepada kami. Rupanya Pak Azwar tidak mengerti tentang bahasa isyarat yang biasa dikenal diantara pegolf dan nanya ke penulis, apa yang dibicarakan oleh Pak Sultan dan Pak Bibit. Penulis jelaskan bahwa itu bahasa isyarat untuk taruhan, kalau Papa Tomi taruhannya senilai Rp 50 ribu (uang kertas Rp 50rb pada itu gambarnya Soeharto), sedangkan proklamator taruhannya Rp 100 ribu (uang kertas bergambar Soekarno dan Hatta). Dengan spontan reaksi Pak Azwar langsung mengucap astaghfirullah.
Itulah Pak Azwar Anas yang penulis kenal. Dalam waktu interaksi sesingkat itu tokoh besar yang berasal dari Minang Kabau ini, penulis bisa menangkap dengan tajam dan jernih karakter beliau yang sangat penolong sesama manusia, merakyat, sederhana dan agamis.Â
Selamat jalan Pak Azwar Anas.
Semoga beliau diterima di sorga Nya, mendapat tempat terhormat di sisiNya.Â
Aamiiiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H