Mohon tunggu...
Handoko
Handoko Mohon Tunggu... Programmer - Laki-laki tua yang masih mencari jati diri.

Lulusan Elektro, karyawan swasta, passion menulis. Sayang kemampuan menulis cuma pas-pasan. Berharap dengan join ke kompasiana, bisa dapat pembaca yang menyukai tulisan-tulisan receh saya.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Derita Atlet Berprestasi di Masa Pensiun Bukan Cuma Terjadi di Indonesia

27 September 2021   12:27 Diperbarui: 27 September 2021   12:38 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari Unsplash.com

Jadi ini adalah salah satu masalah yang harus dihadapi seorang atlet, yaitu mau jadi apa setelah pensiun nanti. Sementara skill dan pengalaman yang mereka dapatkan selama mereka aktif, tidak dengan mudah diterjemahkan menjadi skill dan pengalaman untuk pekerjaan di bidang lain.

Mungkin kita melihat ada beberapa cabang olahraga yang memberikan penghasilan cukup besar bagi atletnya. Tentunya semasa aktif, seharusnya mereka bisa menabung lebih dari cukup untuk masa pensiun nanti. Apa meningkatkan kesejahteraan atlet-atlet aktif bisa menjadi solusi bagi masa pensiun mereka?

Kalau mengulik cerita di luar negeri, ketika seorang atlet yang berprestasi bisa mendapatkan milyaran uang dari kariernya, itu pun tidak menjamin masa depannya setelah pensiun menjadi aman.

Bahkan tidak jarang hal itu menimbulkan masalah tersendiri, ketika gaya hidup yang sudah terbiasa dengan penghasilan besar, tiba-tiba kehilangan sumber penghasilan. Gaya hidup masih mengikuti masa ketika masih aktif, sementara pemasukan mereka menurun karena skill yang mereka asah selama ini, tidak bisa digunakan di luar dunia mereka sebelumnya.

Jadi kalau kita berpikir bisa memberikan perbaikan kehidupan atlet-atlet di negara kita, hanya lewat meningkatkan kesejahteraan mereka saat mereka masih aktif. Kita harus berpikir ulang karena kenyataannya ada banyak cerita yang menunjukkan hal itu belum tentu menjamin masa pensiun seorang atlet.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah masalah fisik. Berkompetisi di tingkat yang tinggi dengan tuntutan intensitas gerak dan tenaga yang extra tinggi, cedera selalu membayangi seorang atlet semasa dia aktif.

Beberapa jenis olahraga bahkan memiliki resiko cedera yang lebih besar dibanding jenis olahraga lain. Dengan semakin majunya dunia kedokteran, memang semakin banyak pilihan bagi seorang atlet yang mengalami cedera.  Namun resiko ini tidak pernah bisa hilang 100%.

Tidak jarang ketika seorang atlet memasuki masa pensiunnya, cedera semasa dia aktif akan menjadi momok atau hantu yang tidak mau lepas sepanjang sisa hidupnya. Bagi penggemar tinju, tentu bisa terbayang kondisi Muhammad Ali setelah dia pensiun dari dunia tinju.

Bukan berarti karier menjadi atlet profesional adalah karier yang buruk, karena di sisi lain juga ada atlet-atlet yang berhasil memasuki dan melewati masa pensiun mereka dengan baik. Seorang Sugar Ray Leonard misalnya, masih bisa tampil fit dan menawan, bahkan di usia lanjut, jauh setelah dia sudah pensiun.

Yang paling penting bagi mereka yang ingin terjun di dunia ini adalah menyadari karakteristik dari berkarier di bidang ini. Hanya mereka yang berkompetisi di tingkat yang tinggi yang mampun meraih hasil yang memuaskan. Di lain pihak untuk mencapai dan mempertahankan kemampuan mereka berkompetisi di tingkat tinggi ini, sangat menuntut konsentrasi waktu, pikiran dan tenaga, bahkan sejak dari usia yang masih sangat dini.

Bagi orangtua dari anak-anak dan remaja yang punya cita-cita untuk berkarier di bidang olahraga, tentu saja jangan kemudian kita mematikan cita-cita mereka. Akan tetapi sebagai orang tua, perlu juga kita memberi pengarahan pada mereka tentang dunia yang akan mereka terjuni ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun