Mohon tunggu...
Handoko
Handoko Mohon Tunggu... Programmer - Laki-laki tua yang masih mencari jati diri.

Lulusan Elektro, karyawan swasta, passion menulis. Sayang kemampuan menulis cuma pas-pasan. Berharap dengan join ke kompasiana, bisa dapat pembaca yang menyukai tulisan-tulisan receh saya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Apakah Kemajuan Teknologi A.I. Sudah Mendekati Sains Fiksi?

23 September 2021   14:56 Diperbarui: 23 September 2021   15:01 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gbr diambil dr unsplash.com

Dari sejarah awal mula perkembangannya, teknologi A.I. sebenarnya sudah cukup matang dari segi usia. 

Di tahun 1950an, Alan Turing yang sering disebut sebagai Bapak dari teknologi A.I., mencetuskan Turing test, sebagai tolok ukur berhasil atau tidaknya sebuah A.I. Secara garis besar, menurut Alan Turing, A.I. yang sukses adalah A.I. yang mampu menirukan manusia, sedemikian rupa sehingga manusia tidak bisa membedakan lagi, apakah yang sedang dia hadapi adalah sebuah A.I. atau seorang manusia.

Sepanjang perkembangannya, ada masa-masa di mana optimisme para ilmuwan di bidang ini meletup-letup dan yakin terobosan A.I. di masa mereka akan berhasil lolos dari test yang dibuat oleh Alan Turing.

Akan tetapi kenyataannya, sampai saat ini pun, A.I. yang terbaik, masih belum bisa menyamai manusia.

Jangan bayangkan A.I. saat ini sudah secanggih, atau setidaknya mendekati "The Arhitect" dan "The Oracle" dua A.I. di trilogi Matrix. Atau secanggih A.I. milik robot C-3PO dalam film Star Wars.

A.I. memang berkembang sangat pesat akhir-akhir ini, tapi A.I. yang paling canggih pun, masih jauh dari gambaran A.I. yang ditampilkan di film-film sains fiksi. Bahkan film sains fiksi yang kuno sekalipun.

A.I. di masa ini, masih "pandai" hanya dalam ruang lingkup yang terbatas. Di dalam lingkungan yang jelas aturan mainnya, jelas tujuan atau output yang diinginkan oleh perancang sistem, dan jelas batasan parameter inputnya. Singkat kata, A.I. yang tercanggih saat ini pun, membutuhkan peran manusia untuk bisa bekerja secara optimal.

Jadi kita tidak perlu kuatir akan ada A.I. yang tiba-tiba mendapatkan "kesadaran" lalu ingin memberontak seperti dalam cerita Terminator. Atau A.I. yang berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pembuatnya, dengan jalan yang di luar dugaan manusia. Dipandang dari sudut pandang penggemar sains fiksi, A.I. saat ini masih sangat-sangat bodoh dan terbatas fungsinya.

Namun anda salah kalau anda kemudian merasa aman dari A.I.

Orang-orang di bidang teknologi digital yang memahami A.I. dan perkembangannya, semisal Elon Musk, Bill Gates, dan tokoh-tokoh yang lain, masih menyerukan bahaya dari A.I. Kalau pun bukan sekarang, tapi di masa depan yang cukup dekat.

A.I. tidak perlu menjadi lebih cerdas dari manusia untuk menjadi sebuah ancaman bagi manusia.

Bahkan A.I. tidak perlu menjadi secerdas manusia untuk menjadi ancaman bagi manusia.

Asalkan A.I. cukup cerdas dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan atau fungsi-fungsi tertentu saja, mereka sudah bisa menjadi ancaman bagi manusia. Misalnya produk buatan Elon Musk sendiri, mobil yang bisa menyetir sendiri. Bayangkan ada berapa lowongan pekerjaan yang akan hilang, jika semua mobil sudah bisa menyetir dirinya sendiri, pergi ke tempat yang diinginkan pemiliknya? 

Kalau seluruh mesin-mesin di pabrik sudah bisa bekerja cukup dengan A.I. yang memang tidak secerdas manusia, tapi sudah cukup cerdas untuk melakukan apa yang menjadi tugasnya, tanpa perlu dioperasikan manusia lagi. Berapa lowongan pekerjaan yang akan hilang? 

Memang akan digantikan dengan munculnya lowongan pekerjaan bagi engineer atau perancang sistem A.I., tapi hanya cukup satu tim perancang sistem untuk menghasilkan ratusan ribu atau bahkan jutaan robot. 

Hanya butuh satu tim kecil engineer, untuk merawat dan memperbaiki puluhan bahkan ratusan robot. Jadi munculnya lapangan pekerjaan yang baru, tidak akan cukup besar untuk menggantikan lapangan pekerjaan yang hilang.

Bayangkan juga, kerusakan yang akan terjadi, ketika salah satu mobil itu mengalami gangguan pada A.I.nya sehingga gagal mengenali seorang pejalan kaki.

Dan jarak antara teknologi A.I. saat ini, ke level teknologi A.I. di mana mereka akan mulai menjadi ancaman bagi manusia, sudah tidak terlalu jauh lagi.

Jadi A.I. mungkin tidak akan pernah jadi ebih cerdas atau secerdas manusia seperti dalam film-film sains fiksi, tapi A.I. tetap merupakan sebuah ancaman bagi manusia, jika kita gagal memanage-nya dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun