A.I. tidak perlu menjadi lebih cerdas dari manusia untuk menjadi sebuah ancaman bagi manusia.
Bahkan A.I. tidak perlu menjadi secerdas manusia untuk menjadi ancaman bagi manusia.
Asalkan A.I. cukup cerdas dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan atau fungsi-fungsi tertentu saja, mereka sudah bisa menjadi ancaman bagi manusia. Misalnya produk buatan Elon Musk sendiri, mobil yang bisa menyetir sendiri. Bayangkan ada berapa lowongan pekerjaan yang akan hilang, jika semua mobil sudah bisa menyetir dirinya sendiri, pergi ke tempat yang diinginkan pemiliknya?Â
Kalau seluruh mesin-mesin di pabrik sudah bisa bekerja cukup dengan A.I. yang memang tidak secerdas manusia, tapi sudah cukup cerdas untuk melakukan apa yang menjadi tugasnya, tanpa perlu dioperasikan manusia lagi. Berapa lowongan pekerjaan yang akan hilang?Â
Memang akan digantikan dengan munculnya lowongan pekerjaan bagi engineer atau perancang sistem A.I., tapi hanya cukup satu tim perancang sistem untuk menghasilkan ratusan ribu atau bahkan jutaan robot.Â
Hanya butuh satu tim kecil engineer, untuk merawat dan memperbaiki puluhan bahkan ratusan robot. Jadi munculnya lapangan pekerjaan yang baru, tidak akan cukup besar untuk menggantikan lapangan pekerjaan yang hilang.
Bayangkan juga, kerusakan yang akan terjadi, ketika salah satu mobil itu mengalami gangguan pada A.I.nya sehingga gagal mengenali seorang pejalan kaki.
Dan jarak antara teknologi A.I. saat ini, ke level teknologi A.I. di mana mereka akan mulai menjadi ancaman bagi manusia, sudah tidak terlalu jauh lagi.
Jadi A.I. mungkin tidak akan pernah jadi ebih cerdas atau secerdas manusia seperti dalam film-film sains fiksi, tapi A.I. tetap merupakan sebuah ancaman bagi manusia, jika kita gagal memanage-nya dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H